SELAMAT PAGI
Firman Tuhan untuk kita.
Haleluya! Pujilah TUHAN di sorga, pujilah Dia di tempat tinggi!
Mazmur 148 : 2
Pujilah Dia, hai segala malaikat-Nya, pujilah Dia, hai segala tentara-Nya!
Mazmur 148 : 3
Pujilah Dia, hai matahari dan bulan, pujilah Dia, hai segala bintang terang!
Mazmur 148 : 4
Pujilah Dia, hai langit yang mengatasi segala langit, hai air yang di atas langit!
Mazmur 148 : 5
Baiklah semuanya memuji nama TUHAN, sebab Dia memberi perintah, maka semuanya tercipta.
Mazmur 148 : 6
Dia mendirikan semuanya untuk seterusnya dan selamanya, dan memberi ketetapan yang tidak dapat dilanggar.
Mazmur 148 : 7
Pujilah TUHAN di bumi, hai ular-ular naga dan segenap samudera raya;
Saudara saudari, Bila kita mendengar kata puji-pujian maka biasanya yang terbayang adalah lantunan lagu pujian yang dikumandangkan jemaat dalam sebuah ibadah di hari Minggu, atau ibadah lainnya. Namun dalam bacaan mazmur kita hari ini, pemazmur memperlihatkan sebuah aspek yang berbeda tentang pujian.
Dalam pandangan pemazmur, seluruh penghuni alam semesta harus bergabung dalam sebuah orkestra indah untuk menaikkan puji-pujian kepada Tuhan. Siapa saja yang termasuk di dalamnya? Laut dan segala isinya, serta berbagai fenomena alam yang mempengaruhinya (1-6). Tak ketinggalan, segala sesuatu yang berdiam di bumi dan di bawah bumi pun harus ikut memuji Tuhan (7-12). Termasuk ular naga dan seisi samudra raya pun didorong untuk memuji Tuhan (7). Ajakan agar seisi langit dan laut memuji Tuhan menegaskan supremasi Tuhan atas semua itu. Ini adalah kebenaran yang tidak bisa disanggah karena memang Tuhan adalah Pencipta semua itu. Ini merupakan perlawanan terhadap kepercayaan para penyembah berhala, yang menyembah benda-benda langit dan penghuni lautan. Menegaskan hal itu, pemazmur mengajak semua kalangan memuji Tuhan (11-13), karena Dia agung dan mulia (13-14).
Pujian yang dikumandangkan oleh mazmur ini bersimfoni yang lengkap dan harmonis. Lengkap karena dari berbagai perspektif, pujian ini muncul. Dari perspektif malaikat makhluk surgawi, muncul pujian akan keagungan dan kebesaran Sang Raja yang bertakhta di surga. Dari segala ciptaan-Nya yang Dia letakkan di cakrawala dan langit untuk menerangi dunia ini, kemahakuasaan-Nya menjadi sasaran kekaguman.
Semua ciptaan bergantung penuh pada Tuhan Sang Pencipta, yang sekaligus Sang Pemelihara. Ia yang menciptakan segala sesuatu dengan firman-Nya, Ia pula yang memberikan segala ketetapan agar semesta terus berjalan dengan baik (5-6).
Rasa kebersamaan dengan seluruh alam, baik di surga maupun di bumi, yang pemazmur rasakan adalah sesuatu yang sangat indah, istimewa, dan berharga. Perasaan dan ajakan sang pemazmur ini didasarkan pada penghayatan bahwa pemazmur sebagai manusia ada bersama dengan ciptaan yang lain.
Ada kesadaran bahwa alam pun adalah subjek yang turut menyembah Tuhan, bukan objek untuk dieksploitasi. Kesadaran seperti ini menjadi teguran keras kepada kita yang sering kali hanya memusatkan segala sesuatu oleh, dari, dan untuk manusia. Kita bersikap sangat antroposentris. Akibatnya, kita cenderung mengabaikan keberadaan, keterkaitan, bahkan kebersamaan dengan ciptaan yang lain, termasuk ciptaan yang ada di surga yang tak terlihat.
Di tengah kerusakan alam yang menyebabkan ketidakteraturan, bahkan kekacauan musim, banjir, tanah longsor, dan lain-lain, kidung yang dinaikkan pemazmur mengajak kita untuk peduli terhadap alam. Kita diajak untuk tidak menjadikan alam semesta sebagai alat pemuasan nafsu, tetapi sebagai sesama ciptaan yang menyembah Sang Pencipta yang Agung.
Mari kita selalu ingat, peduli, dan melibatkan alam di dalam pujian kepada Allah. Biarlah kiranya semuanya bersama-sama memuji nama Allah Sang Pencipta dan Pemelihara ciptaan-Nya.
Kiranya kasih setia Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus memelihara dan menolong kita. Amin 🙏🙏🙏
Tidak ada komentar:
Posting Komentar