Senin, 07 Oktober 2024

Kebesaran Tuhan dalam penderitaan hidup yang kita alami - Mazmur 102

Selamat pagi... 


Firman Tuhan untuk kita. 
Mazmur 102 : 1
Doa seorang sengsara, pada waktu ia lemah lesu dan mencurahkan pengaduhannya ke hadapan TUHAN. TUHAN, dengarkanlah doaku, dan biarlah teriakku minta tolong sampai kepada-Mu.
Mazmur 102 : 2
Janganlah sembunyikan wajah-Mu terhadap aku pada hari aku tersesak. Sendengkanlah telinga-Mu kepadaku; pada hari aku berseru, segeralah menjawab aku!
Mazmur 102 : 3
Sebab hari-hariku habis seperti asap, tulang-tulangku membara seperti perapian.
Mazmur 102 : 12
 Tetapi Engkau, ya TUHAN, bersemayam untuk selama-lamanya, dan nama-Mu tetap turun-temurun.
Mazmur 102 : 13
Engkau sendiri akan bangun, akan menyayangi Sion, sebab sudah waktunya untuk mengasihaninya, sudah tiba saatnya.
Mazmur 102 : 24
Aku berkata: "Ya Allahku, janganlah mengambil aku pada pertengahan umurku! Tahun-tahun-Mu tetap turun-temurun!"

Saudara saudari, dalam penderitaan, orang percaya tidak saja boleh meratap, tetapi berhak untuk berdoa dan berharap kepada Tuhan Allah yang kekal dan berbelas kasih (ayat 13). Mazmur ini mengajarkan kita bagaimanakah bersikap dalam menghadapi penderitaan. Oleh karena itu dalam mazmur kita hari ini, kita dapat menemukan tiga hal yang bisa menjadi pegangan kita dalam menjalani hidup, yaitu KELUHAN (ayat 4-12), PENGHARAPAN (ayat 13-23), dan PERMOHONAN (ayat 24-29). 

Dalam renungan harian Luther kita hari ini, Pemazmur memulai dengan menaikkan permohonannya agar Allah mendengarkan ratapannya. Kekekalan Allah bukanlah kekekalan yang membuat-Nya tidak peduli akan apa yang terjadi di dunia ini. Keterlibatan Allah justru membuat pemazmur bisa memohon agar Allah mendengarkan, sebagaimana dikatakan bahwa Allah tidak akan menyembunyikan wajah-Nya (ayat 13:1, 69:17, 88:14), bahkan tidak akan mungkin juga Allah menyendengkan telinga-Nya (ayat 17:6). 

Di hadapan Allah, pemazmur juga menyadari singkat dan terbatasnya hidup yang fana dan hidup yang penuh dosa. Yang kadang penderitaan itu seperti asap, dan rumput yang bersifat sangat sementara (ayat 4,5). Selain kefanaan, masalah lebih berat adalah keberdosaannya yang digambarkannya dalam berbagai bentuk penderitaan akibat dosa (ayat 6-12). Artinya, dosa telah membuat jiwanya merana, tubuhnya sakit, bahkan hubungan sosialnya juga terganggu. 

Hal ini adalah hal yang wajar bila seseorang mengeluh saat ia sedang menderita. Bahkan sakit yang berkepanjangan sering membuat orang putus asa dan merasa ditinggalkan Tuhan. Sebab jikalau kita perhatikan keluhan pemazmur di ayat 4-5,10-12, ia merasa hari-harinya terbaring di atas ranjang itu berlalu dalam kesakitan, tertekan, tanpa nafsu makan, remuk redam, dan tanpa daya sama sekali. Tuhan serasa jauh dan itu jugalah yang diolok-olokkan oleh para musuh ketika mereka memakai namanya sebagai lambang orang yang dikutuk Allah (ayat 9). 

Melalui kesusahan hidup itu, satu hal yang pasti, pemazmur tetap meyakini bahwa Allah adalah Allah yang berdaulat dan tidak berubah kasih setia-Nya (ayat 26-28), karena itu, ia memohon agar pemulihan yang akan dialami Sion juga dialami oleh dirinya. Dengan demikian hidupnya tidak akan tersia-siakan (ayat 24-25). Demikianlah kiranya dengan hidup kita, setiap orang percaya harus mampu bertahan menghadapi penderitaan hidup ataupun sakit yang berat dengan keyakinan yang teguh bahwa kasih setia Tuhan tidak akan pernah berkurang sedikit pun atas diri kita. Kita bisa mengeluh karena derita yang tak tertahankan, tetapi kita tidak boleh menyangkal Tuhan. Sebab dalam Mazmur ini, meskipun harus menderita, namun pemazmur tidak sampai menghujat Tuhan. Ia tetap membangun pengharapannya pada kasih setia Tuhan. Penyebutan Sion beberapa kali (14, 17, 22) menggambarkan bahwa pemazmur tetap bergumul sebagai perwakilan umat Israel untuk tetap berseru kepada Allah dan tetap memiliki pengharapan. Dan perlu juga kita meng-ingat bahwa pencobaan tidak datang dari Allah, tapi semua itu datang dari Iblis atas ijin Allah, dan tujuan Allah bukanlah untuk membinasakan kita, melainkan untuk memurnikan dan memulihkan serta meneguhkan Iman kita. 

Oleh karena itu, tidak salah jikalau saat kita kesusahan tidak salah jika kita introspeksi diri. JiKalau hal itu disebabkan oleh karena dosa kita maka kita harus segera bertobat.
Seperti pesan pemazmur, kita harus yakin bahwa Allah sungguh mengasihi kita. Dan yang pasti tujuan Allah mengizinkan penderitaan melanda hidup kita adalah agar kita mendekatkan diri kepada Dia, meminta pengampunan-Nya, lalu berharap lagi kepada kasih setia-Nya. Hanya dengan cara seperti inilah, cara yang terbaik untuk membuat dan mengarahkan Iman kita menjadi Iman yang murni karena itu tetaplah yakin secara total akan rencana dan kehendak Allah. Meskipun Ini tidak mudah. Tetapi kita harus tetap berjuang dan berserah kepada Allah, sebab kita membutuhkan anugerah Allah.

Kiranya kasih setia Allah Bapa, Anak dan Roh kudus memelihara dan menolong kita semua. Amin 🙏

Tidak ada komentar:

theologi Lutheran

Hidup di dalam Doa yang benar - Mazmur 20

Selamat pagi.  Firman Tuhan untuk kita.  Mazmur 20 : 6 Sekarang aku tahu, bahwa TUHAN memberi kemenangan kepada orang yang diura...

what about theologi luther ?