Selasa, 08 Oktober 2024

Bagaimanakah Cara kita berjuang dalam Kesusahan/penderitaan hidup? - Mazmur 39

Selamat pagi. 

Firman Tuhan untuk kita. 
Mazmur 39:2
PIKIRKU: "Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku; aku hendak menahan mulutku dengan kekang selama orang fasik masih ada di depanku."
Mazmur 39 : 4
"Ya TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku!
Mazmur 39 : 12
Dengarkanlah doaku, ya TUHAN, dan berilah telinga kepada teriakku minta tolong, janganlah berdiam diri melihat air mataku! Sebab aku menumpang pada-Mu, aku pendatang seperti semua nenek moyangku.

Saudara saudari, Dunia ini bukanlah rumah kita untuk selama-lamanya. Kehadiran kita di dalamnya tidak lain hanyalah sebagai pendatang yang sedang numpang lewat dan kemudian pergi. Namun demikian kita seringkali dininabobokan oleh berbagai aktivitas yang sedemikian menyita waktu dan konsentrasi kita, sehingga tidak menyadari betapa singkatnya hidup ini. Ada begitu banyak kesia-siaan yang terus kita ributkan, tanpa pernah menyadari dengan sungguh-sungguh apa sebenarnya yang memberikan makna dari kehidupan dan segala aktivitas kita. Melalui Mazmur ini kita ditantang untuk merenungkan betapa singkat dan fananya hidup ini, sehingga melaluinya kita ditolong untuk dapat melihat fokus hidup dengan tepat. Oleh karena itu dapat di pastikan bahwa Perjalanan hidup orang Kristen di dunia yang berdosa ini tidak pernah tenang dan aman, tidak pernah bebas dari pergumulan. Selama masih di dalam dunia ini, selalu saja ada masalah di sekeliling kita dan yang siap menjatuhkan kita kalau lengah. Bagaikan iblis menggerogoti kita. 

Itulah yang digumuli oleh pemazmur. Ia sadar bahwa godaan untuk berhenti berjuang melawan dosa begitu besar. Lebih mudah baginya untuk menyerah dan mengikuti jalan dunia ini daripada bertekun menjaga kesucian diri. Namun kesadarannya sebagai umat Tuhan masih menguasainya. Oleh karena itu, ia mencoba bertahan (ayat 2). 

Dalam renungan kita hari ini, Pergumulan pemazmur serasa bertambah berat karena Tuhan seperti membiarkan dia berada dalam situasi itu (ayat 13-14). Apa yang dialami pemazmur mirip dengan yang dialami Ayub, yang merasa bahwa Tuhan sedang menekan dirinya 'tanpa sebab'. Namun berbeda dari Ayub yang menyatakan diri tidak bersalah, Pemazmur menyadari bahwa sebagai manusia, ia tidak luput dari melakukan kesalahan yang membuat Tuhan marah (ayat 9-12). Hanya saja ia tidak mengerti apa sebenarnya dosa-dosa yang membuat Tuhan menghukum dia. Yang ia tahu adalah bahwa ia hanya manusia fana, dan bahwa kesia-siaanlah yang sudah ia lakukan (ayat 5-7). 

Oleh karena itulah Pemazmur mengatakan bahwa ia hendak menjaga diri agar ia tidak berdosa dengan lidah dan mulutnya (2). Lidah dan mulut adalah alat untuk berkata-kata. Tak ada yang bisa membatasi kata-kata seperti apa yang akan keluar dari mulut kita. Sebenarnya mulut bisa digunakan untuk mengeluarkan kata-kata indah, menyejukkan, dan menyenangkan. Mulut juga bisa dipakai untuk mencaci, mengumpat, dan mengejek orang lain. Namun mulut yang sama bisa memberitakan kabar bohong dan ajaran yang menyesatkan orang. Pemazmur tak ingin menyia-nyiakan waktu untuk mengeluarkan kata-kata yang penuh dosa dan membawa orang lain melakukan dosa. Dia ingin supaya hidupnya yang singkat dijalani menjadi berkat melalui perkataannya. Karena itu, dia meminta pertolongan Tuhan. Tanpa pertolongan-Nya, kecenderungan dirinya adalah melakukan dosa.

Apa pun penderitaan kita pada saat ini, tentu kita menginginkan agar Tuhan menunjukkan jalan keluarnya. Namun, kita perlu waspada agar kita tidak terjebak pada sikap keliru dan membawa diri kita kepada kesalahan di mana fokus kita hanya kelepasan. Jangan sampai kita masih merasa rohani karena mencoba terus berdoa dan beribadah, padahal sebetulnya fokus kita telah berubah menjadi diri sendiri.

Belajar dari Mazmur 39, saat kita mengalami penderitaan sekalipun, sudah seharusnya fokus kita tetap pada Tuhan. Di hadapan Tuhan semuanya adalah kesia-siaan. Keutamaan hidup kita bukan soal seberapa makmur, pandai, atau terkenal kita, melainkan seberapa dalam kita mengenal Tuhan dan menyerahkan hidup kita kepada-Nya.

Kiranya setelah melewati berbagai hal dalam hidup ini, kita dapat berkata seperti Ayub: "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu" (Ayb. 42:5-6).

Kiranya kasih setia Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus memelihara dan menolong kita. 
Amin 🙏🙏🙏

Tidak ada komentar:

theologi Lutheran

Hidup di dalam Doa yang benar - Mazmur 20

Selamat pagi.  Firman Tuhan untuk kita.  Mazmur 20 : 6 Sekarang aku tahu, bahwa TUHAN memberi kemenangan kepada orang yang diura...

what about theologi luther ?