Rabu, 15 Oktober 2025

Ester dan Mordekhai

Kitab Ester adalah termasuk kitab yang unik, sebab dalam kitabnya ia tidak menyebut nama Tuhan, tidak membahas doa, ibadah, atau topik rohani lainnya. Banyak yang mempertanyakan posisinya di dalam Alkitab karena hal itu. Baik gereja maupun sinagoge telah melihat campur tangan Tuhan dalam peristiwa-peristiwa dalam kitab ini dan karenanya menerima sebagai kitab suci. Kitab ini menjelaskan bagaimana Hari Raya Purim ditetapkan.

Seperti orang Yahudi dan banyak lainnya di zaman kuno, Mordekai dan Ester memiliki dua nama, nama "non-Yahudi" yang diberikan oleh para penculik mereka dan nama Ibrani yang diberikan oleh orang tua mereka. Mordekai berarti "hamba Marduk," yang diambil dari nama dewa Babilonia, dan Ester adalah versi Persia dari nama "dewi Ishtar", dewi kesuburan dan cinta. Alkitab tidak menyebutkan nama Ibrani Mordekai. Nama Ibrani Ester, Hadassah, berarti "murung."

Dalam mempertimbangkan nasib ratu di hadapannya, Ester menunjukkan keberanian yang luar biasa. Ketika kemampuan politiknya diuji, ia menyelamatkan orang-orang Yahudi dari musuh-musuh mereka. Lebih dari itu, pengaruhnya menghasilkan dukungan dari raja bagi orang-orang Yahudi. Maka tak lama setelah peristiwa-peristiwa dalam kitab tersebut, Ezra berangkat ke Yerusalem.

Pada tahun-tahun berikutnya, Mordekai menjabat sebagai wakil raja di kekaisaran terbesar pada masa itu. Banyak orang Yahudi diberi posisi kekuasaan dan pengaruh. Raja sangat senang dengan pengabdian mereka sehingga ia mengizinkan pembangunan kembali tembok Yerusalem dan memberi mereka hak untuk memerintah diri sendiri selama ia memerintah.

Kisah Nehemia sang pembangun Tembok


Selama bertahun-tahun dan dari generasi ke generasi setelah kepulangan dari pembuangan, Yerusalem masih seperti cangkang dari dirinya yang dulu. Kota itu hanya memiliki sedikit penduduk, dan bukti kehancuran Yerusalem ada di mana-mana. Yerusalem masih berupa tumpukan puing. Lebih parahnya lagi, kota itu tidak memiliki tembok yang kokoh di sekelilingnya.

Nehemia adalah keturunan suku Yehuda, yang masih tinggal di Susa dan bekerja untuk orang Persia. Setelah beberapa generasi, Koresy kemudian mengeluarkan dekrit bahwa orang Yahudi boleh kembali ke Yerusalem. Maka pada tahun kedua puluh pemerintahan Artahsasta, Nehemia menerima Hanani, saudaranya, bersama dengan orang-orang lain yang telah kembali dari Yehuda. Pesan mereka sangatlah tegas: "Mereka yang kembali akan mendapat masalah dan aib besar, sebab tembok Yerusalem telah runtuh, dan pintu-pintu gerbangnya telah dibakar." Berita itu menyayat hati Nehemia, dan ia pun berdoa. Nehemia mengambil peran sebagai perantara seperti Musa berabad-abad sebelumnya, dan juga Daniel, maka Nehemia terlebih dahulu mengakui dosa-dosa bangsa Israel kepada Tuhan. Ia mengakui betapa buruknya tindakan Israel terhadap Tuhan dan memohon belas kasihan-Nya (Nehemia 1:7-11). Setelah berdoa, Nehemia menulis, "Sekarang aku menjadi juru minuman raja." Menjadi sebagai juru minuman membuat Nehemia memiliki akses tak tertandingi kepada Raja Artahsasta. Raja dapat melihat perasaan Nehemia di wajahnya. Kemudian Nehemia meminta izin untuk memeriksa Yerusalem lalu Ia ingin membangunnya kembali. Seperti halnya Koresy, Artahsasta tidak hanya mengizinkannya, tetapi juga mengiriminya surat-surat dan perintah yang sesuai untuk menebang kayu bagi gerbang-gerbang bait suci dan tembok-tembok. Bahkan, Nehemia menjadi gubernur wilayah tersebut.

Namun, hidup tidaklah mudah bagi Nehemia. Ia menghadapi tentangan dari Sanbalat, orang Horon, dan Tobia, orang Amon, sejak awal. Kedua orang ini ingin melihat Yerusalem terus-menerus dalam keadaan rusak. Namun, Nehemia percaya bahwa Tuhan turut bekerja dan menyertainya dalam pekerjaan yang ingin ia selesaikan. Nehemia mengatakannya seperti ini: "Tangan Allahku yang murah melindungi aku." Di bawah Nehemia, tembok itu dibangun kembali, tetapi tidak mudah. Mereka menghadapi tentangan sepanjang waktu. Dalam pasal keempat pada kitabnya, Nehemia menggambarkan bagaimana para pekerja membawa pedang di pinggang mereka dan bergantian, bekerja atau memegang tombak untuk berjaga-jaga jika terjadi serangan.

Kitab Nehemia bukan hanya tentang tembok itu; Nehemia juga membahas upaya-upayanya untuk merawat kaum miskin di Yerusalem. Para bangsawan melakukan dosa yang sama seperti nenek moyang mereka, atau bahkan lebih buruk. Kaum miskin dijual sebagai budak. Tetapi Nehemia mengakhiri hal itu, Ia tidak menuntut tunjangan makanan yang biasanya diberikan kepada seorang gubernur.

Dalam Kitab terakhir, dapat kita lihat bahwa kitabnya diakhiri dengan masa reformasi terakhir yang dilakukan oleh Nehemia, yang salah satunya mungkin terdengar kasar di telinga kita saat ini: orang Yahudi menceraikan istri-istri asing mereka. Namun, dari perspektif teologis, kita mungkin dapat memahami hal ini. Nehemia khawatir bangsa itu akan jatuh ke dalam masa lalu penyembahan berhala leluhur mereka. Kekhawatiran ini tampaknya beralasan karena keimaman telah rusak, karena salah satu imam adalah menantu lawan Nehemia, Sanbalat orang Horon.

Sekarang Anda mungkin bertanya-tanya, apa yang orang "Kristen" pahami tentang Nehemia? Sesungguhnya ada banyak. 
Kita bisa dan seharusnya memandang Nehemia sebagai figur Kristus. Ia bersemangat untuk Yerusalem. Ia ingin kota itu aman. Ia juga menghadapi pertentangan yang hebat. Ia bahkan menghadapi saksi-saksi palsu yang mengatakan bahwa Nehemia telah mengangkat dirinya sendiri sebagai raja. Nehemia bukanlah seorang raja, meskipun ia berasal dari suku Yehuda. Ia juga seorang pengikut TUHAN yang sangat taat. Nehemia membantu Yerusalem merayakan Hari Raya Pondok Daun, dan Nehemia 9 adalah salah satu "kredo" paling lengkap yang ditemukan dalam Perjanjian Lama.

Tahukah anda ?
Akhirnya, tembok itu sendiri perlu dibangun agar Yesus dapat mati di luar gerbangnya. Salah satu tuduhan terhadap Yesus adalah bahwa ia adalah anak yang memberontak. Dalam kitab Ulangan 21 menjelaskan apa yang seharusnya terjadi kepada anak yang memberontak: ia harus dibawa kepada para tua-tua di pintu gerbang, dan di sana mereka harus melemparinya dengan batu. Meskipun Yesus tidak dirajam, ia digantung di kayu salib, dan kayu salib itu berada di luar gerbang Yerusalem.

#Vdmaluther

Nabi di tugaskan untuk memberitakan Mesias

Nabi adalah seseorang yang berbicara atas nama Tuhan. Dalam Perjanjian Lama, Tuhan memanggil banyak orang untuk menjadi suara-Nya di antara umat Israel. Meskipun kita menganggap nabi sebagai seseorang yang meramalkan masa depan, seorang nabi umumnya berkhotbah kepada umat Tuhan, mengajak mereka bertobat dan menyampaikan firman penghiburan. Terkadang, beberapa nabi dapat melihat ke masa depan dan memberi tahu umat Tuhan apa yang akan Tuhan lakukan.

Sebagaimana Allah membangkitkan para nabi untuk menyampaikan Firman-Nya kepada Israel, demikian pula Ia kini memanggil para pendeta untuk mewartakan Firman yang sama kepada Gereja-Nya. Jabatan pastoral tidak berkaitan dengan penglihatan atau ramalan, melainkan dengan setia memberitakan Kristus yang disalibkan, mengelola sakramen-sakramen-Nya, dan menggembalakan jiwa-jiwa melalui Hukum Taurat dan Injil. Seperti para nabi, pendeta diutus—bukan untuk menyampaikan wawasannya sendiri, melainkan untuk menyampaikan apa yang telah Allah firmankan dalam firman-Nya. Tugasnya adalah memanggil orang berdosa untuk bertobat, menghibur yang lelah dengan janji-janji Kristus, dan senantiasa mengarahkan perhatian kepada Dia yang adalah pesan sekaligus Utusan-Nya. Dengan demikian, mimbar menjadi semacam tempat bernubuat—bukan melalui wahyu baru, melainkan melalui karya Roh Kudus yang terus-menerus melalui Firman Allah.

Menurut para nabi, Mesias akan menjadi keturunan Hawa, yang akan dibunuh Setan, tetapi yang akan mengalahkannya. (Kejadian 3:15) Ia akan lahir dari seorang perawan. (Yesaya 7:14) Di Betlehem (Mikha 5:2), Mesias akan menjadi keturunan Daud dan akan disebut Allah (Yesaya 9:6). Ia akan disalibkan sebagai korban untuk dosa-dosa dunia. (Mazmur 22; Yesaya 53:4-12) Meskipun para Nabi sangat penting, namunYesus jauh lebih besar dan lebih penting dari mereka semua. Dia adalah seorang nabi seperti Musa. (Ulangan 18:15-19) Penulis Kitab Ibrani memberi tahu kita bahwa "pada zaman dahulu Allah telah berfirman dengan berbagai cara melalui para nabi, tetapi sekarang pada zaman akhir ini Ia telah berfirman kepada kita melalui Anak-Nya." Para nabi menyampaikan firman Allah, dan Yesus adalah Firman Allah. Ketika kita mendengar Yesus, kita mendengar Bapa; ketika kita melihat Yesus, kita melihat Bapa. Ketika kita ingin tahu seperti apa Allah itu, kita memandang Yesus.

MALEAKHI SEBAGAI NABI TERAKHIR

Setelah bangsa Yehuda kembali dari pembuangan di Babel. Melalui penguasa Persia, Koresh, mereka telah menetap kembali di tanah perjanjian. Mereka membangun kembali Bait Suci, meskipun tidak semegah Bait Suci Sulaiman. Mereka membangun kembali tembok Yerusalem dan beserta pemulihan kehidupan mereka. Kemudian, bangsa itu merasa terlupakan dan terisolasi, menjadi provinsi kecil dari kekaisaran asing yang luas dan mendunia. Kemudian Allah mengutus nabi Maleakhi. Namanya berarti Utusan, Malaikat.
Maleakhi sebagai nabi utusan Allah berjuang dengan kuasa tuntunan Allah untuk meyakinkan Yehuda akan kasih Allah, menyerukan agar mereka bertobat, dan terutama kepada para imam. Kemudian Ia mengangkat pandangan mereka untuk menatap masa depan. Sebab Allah akan mengutus Maleakhi yang lain seorang utusan - Elia, untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Ia akan mengarahkan hati mereka satu sama lain, sehingga Tuhan tidak perlu membinasakan mereka sepenuhnya. Dengan demikian, suara para nabi pun terdiam. Setidaknya butuh empat ratus tahun sebelum Tuhan akan berbicara lagi melalui seorang nabi. Seluruh umat tidak akan melupakan masa ini. Sebab mereka akan mengumpulkan semua nubuat dan gambaran tentang Mesias dan utusannya. Mereka datang untuk menantikan kerajaan duniawi dan hari Tuhan. Namun, mereka melewatkan kedatangan para Nabi_Putra Lewi dan Daud_Zakharia kedua dan putranya, nabi terakhir dan terbesar. 

Selasa, 14 Oktober 2025

HIDUPLAH DI DALAM DOA - LUKAS 18 : 1 - 8 "Penjelasan Khotbah minggu XVIII Setelah Trinitatis"

 Penjelasan Khotbah minggu XVIII Setelah Trinitatis


Evangelium :  LUKAS 18 : 1 – 8

Thema : “HIDUPLAH DI DALAM DOA”

Ø Apakah yang di maksud dengan Doa ??

Dalam sejarah Alkitab, Ketika Enos lahir “anak Set” (Kej.4:26) sejak saat itu memanggil nama Tuhan, jadi dalam sejarah ini Alkitab mengajarkan bahwa Doa adalah jalan satu satunya bagi kita untuk memanggil nama Tuhan.

Bagi kaum Lutheran, Dr. Martin Luther mengatakan tentang doa “Berdoa seolah olah semuanya bergantung kepada Tuhan, lalu setelah selesai, bekerjalah seolah olah semuanya bergantung kepadamu”. Lutheran berpandangan bahwa doa adalah perintah dari Tuhan, sebagai repon Iman terhadap panggilanNya, dan doa adalah sarana penting untuk menuntun kita bertumbuh dalam iman, sebab orang percaya tidak boleh terlepas dari doa sebagai napas dari pada Iman kepada Kristus.

Dalam pandangan Islam, Doa adalah inti dari pada Ibadahm sebuah sarana penting untuk menjalin hubungan spiritual dengan Allah, untuk mengungkapkan ketaatan, ketergantungan, dan kerendahan hati.

Dalam kalangan orang percaya, Doa doa adalah napas kehidupan rohani yang menjadi sarana komunikasi dan hubungan intim dengan Tuhan, doa dilihat sebagai perintah dari Tuhan yang di sertai dengan janji untuk di kabulkan, dan merupakan bentuk ketaatan akan perintahNya dan kerendahan hati untuk memohon pertolongan dari Tuhan, bukan untuk memaksa Tuhan.

Kitab Matius menuliskan bahwa Yesus memerintahkan murid murid dan kita untuk berdoa, jadi Doa adalah perintah Allah, sebab dengan berdoa kita akan sadar bahwa segala sesuatunya dating dan di beri oleh Tuhan, dalam doa kita akan melihat Janji Tuhan, dan di dalam Doa Iman akan bekerja untuk menuntun kita mengerti segala kehendak Tuhan baik yang berkenan untuk kita maupun tidak termasuk untuk bertahan dalam menantikan janjiNya.

Lalu bagaimanakah cara kita berdoa ?

Tentang hal Berdoa sebenarnya Yesus telah mengajarkan kita untuk berdoa dengan benar sesuai dengan konsep Yesus Kristus maka patutlah kita harus mempelajari dan menghidupi Doa Bapa kami.

“Mat. 6:9-15;Luk.11:2-4).

Dalam Perikop ini, Yesus membuat suatu perumpamaan untuk menegaskan agar :

v  Berdoa tanpa bosan 1

v  Allah akan membenarkan orang yang berseru siang dan malam 7

v  Doa adalah dorongan dari Iman 8 “tanpa Iman orang tidak akan mungkin mau berdoa”

Dalam hal berdoa, Allah juga mendengarkan doa kita meskipun tanpa suara seperti yang di lakukan oleh Hana (1 Sam.1:12-13). Dan dalam berdoa sesungguhnya bukanlah semata mata pekerjaan daging “pikiran atau kehendak” melainkan Roh yang telah Tuhan tanamkan dalam diri kitalah yang memohon kepadaNya (1 Kor.14:14).

Dalam injil lain (Matius) Yesus juga mengajarkan agar :

Ø  Tidak berdoa seperti orang munafik (Mat.6:5)

Ø  Jangan bertele tele (Mat. 6:7)

“Iman dapat di lihat dari kualitas kata kata dalam Doa”

Ø   SEBAB ORANG BENAR AKAN HIDUP DI DALAM DOA

Suatu kepastian “Orang percaya akan selalu hidup bergantung kepada Allah baik siang dan malam lewat membangun komunikasinya dengan Allah lewat Doa yang tidak terputus putus.

Dalam hidup ini, mungkin sebagian kita pernah mengalami fenomena seperti yang di alami oleh seorang janda ini terhadap Tuhan, Kita sudah berseru siang dan malam, tetapi jawaban doa tak pernah tiba.

Dalam hal ini, Yesus mengatakan suatu perumpamaan tentang seorang janda yang selalu datang kepada hakim. Janda itu meminta hakim tersebut untuk membela haknya. Awalnya, hakim itu menolak. Akan tetapi, janda itu terus datang kepadanya hingga akhirnya si hakim tersebut merespon permintaanya.

Dalam sejarah masa Yesus Kristus Pada zaman itu, tak ada yang bisa melindungi seorang janda selain hakim. Keluarganya tidak lagi bisa menjaganya. Sebab, setelah seorang perempuan menikah, ia bukan lagi anggota keluarga orang tuanya. Keluarga almarhum suaminya pun tidak bisa melindungi haknya. Pasalnya, setelah suami meninggal, ia tak lagi dianggap sebagai keluarga. Oleh karena itulah, janda itu terus-menerus datang kepada hakim. Mungkin saja, janda tersebut mengikuti hakim itu ke mana pun ia pergi. Perumpamaan dalam Alkitab ini sesungguhnya telah menjelaskan bahwa hakim itu tidak takut akan Allah. Hatinya sama sekali tidak tergerak, meskipun janda itu memohon agar ia sudi membela haknya. Namun, karena janda itu sering datang, hakim tersebut menjadi risih. Hakim itu merasa janda itu sudah menyusahkannya. Akhirnya, hakim pun menolong perkara janda itu supaya ia berhenti mengganggunya (5).

Perumpamaan ini menunjukkan bahwa betapa besar kuasa yang timbul dari kegigihan. Usaha dan berdoa dengan tidak jemu-jemu, tanpa mengenal rasa bosan, sesungguhnya akan membuahkan hasil (Mat.7:7-8), baik jawaban ia maupun tidak semuanya bergantung kepada Allah dan hasil dari doa yang benar tidak akan pernah membuat kita menderita. Yesus memberikan contoh bagaimana hal itu bisa berhasil di hadapan seorang hakim yang lalim, tidak takut akan Allah, dan tak menghormati seorang pun. Dan Yesus sendiri mengungkapkan bahwa orang benar yang berseru tiap siang dan malam akan beroleh dari padaNya (7). Jadi, apabila kita berdoa dengan tidak jemu-jemu, maka doa itu akan menuntun kita semakin dekat dengan Tuhan hingga dapat mengenal-Nya lebih dalam.

Oleh karena itu, selagi Tuhan memberikan nafas hidup bagi kita, tetaplah hidup di dalam Doa, berdoalah sambil bekerja “ora et labora”. Biarlah Iman bekerja untuk menuntun kita agar hidup di dalam doa dengan tidak jemu jemu.

“Doakanlah apa yang kamu kerjakan dan kerjakanlah apa yang kamu doakan”.

Amin .


                                                                                                                 Pdt. Ardianus Situmorang S.Th

Senin, 13 Oktober 2025

Hiduplah di dalam Kasih Kristus - Roma 12

Shalom... 
Firman Tuhan untuk kita. 
Roma 12 : 8
jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.
Roma 12 : 9
Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.
Roma 12 : 10
Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat.
Roma 12 : 11
Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.
Roma 12 : 12
Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!

Saudara saudari, di tengah perkembangan zaman dengan semangat individualisme yang tinggi, kesatuan gereja sebagai tubuh Kristus sesungguhnya sedang terancam. Banyak orang Kristen yang cenderung memilih untuk mengikuti egonya sendiri. Padahal setiap umat sesungguhnya sadar bahwa setiap orang percaya adalah anggota tubuh Kristus. Anggota-anggota tubuh Kristus diikat melalui sendi-sendi fundamental, yaitu karunia rohani yang diberikan untuk hidup saling melayani, dan membangun (8), serta kasih yang tulus kepada Tuhan dan sesama (9-11). 

Setiap anggota tubuh Kristus memiliki karunia rohani, baik untuk bernubuat, melayani, mengajar, menasehati, dan selebihnya. Karunia tersebut diberikan oleh Kristus sendiri supaya jemaat dapat hidup saling membangun dan menguatkan, sehingga tubuh dapat berfungsi dengan baik, sehat, dan efektif. Ada tiga prinsip utama mengenai karunia rohani.
1. Setiap karunia hendaknya dipraktikkan untuk membangun jemaat. Karunia bukan untuk kebanggaan atau untuk disimpan. Setiap penerima karunia memiliki tanggung jawab khusus untuk melayani sesama. 
2. Setiap anggota jemaat hendaknya menerima dengan rela hati atas karunia yang telah diberikan kepadanya dan hendaklah juga melakukan pelayanan sesuai dengan karunia itu. Jika Tuhan memberikan karunia untuk bernubuat, bernubuatlah. Jika Tuhan tidak memberikan karunia untuk mengajar, janganlah mengajar. 
3. Praktikkan karunia rohani dengan kerelaan, kesungguhan, dan sukacita. 
Jadi, melayani Tuhan sesungguhnya menuntut sikap yang benar. Jangan melayani Tuhan dengan bersungut-sungut dan asal-asalan. Berikan yang terbaik kepada-Nya. 

Saudara saudari, kasih adalah landasan kedua dari gereja yang sehat. Kasih terhadap sesama anggota tubuh Kristus harus diekspresikan dengan jujur, menjauhi tindakan jahat dan melakukan yang baik, menunjukkan semangat persaudaraan, saling memberi hormat, dan selalu bersemangat di dalam melayani Tuhan. 

Oleh karena itu, mari wujudkan kasih Kristus dalam relasi kita dengan Allah dan sesama karena kita telah menerima anugerah Injil yang begitu berharga.

Kiranya kasih setia Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus memelihara dan menolong kita semua. Amin 🙏

KELAHIRAN YUDAISME

KELAHIRAN YUDAISME
Ketika bangsa Babilonia menaklukkan Yehuda, menghancurkan Bait Suci dan tembok-tembok Yerusalem, serta membawa sebagian besar penduduknya ke pembuangan, maka pada saat itu banyak penduduk yang mengalami krisis Iman. 
Bagaimanakah mereka bisa menyembah Tuhan tanpa Bait Suci sebagai tempat mereka dapat mempersembahkan korban? 
Bagaimana mereka bisa berhubungan dengan-Nya? 
Tuhan mengutus para nabi untuk membantu mereka menyelesaikan semua ini. Hasilnya adalah lahirnya sebuah agama baru yaitu Yudaisme. Yudaisme adalah agama monoteistik tertua yang berakar pada peradaban dan tradisi bangsa Yahudi. Agama ini menekankan kepercayaan pada satu Tuhan, kepatuhan pada hukum dan etika yang terdapat dalam kitab suci Tanakh (termasuk Taurat) dan tradisi rabinik (seperti Talmud), serta pentingnya keadilan, kasih sayang, dan ketaatan kepada Tuhan. Penganutnya menjalankan ibadah di sinagoga yang dipimpin oleh seorang rabi. 
Agama adalah serangkaian adat istiadat, tugas, praktik, dan ritual yang dilakukan orang untuk melayani dewa atau dewa-dewa mereka. Agama sebenarnya adalah sebuah budaya. Tuhan menggunakan Yudaisme sebagai tempat di mana iman sejati kepada-Nya dapat ditanam, dipelihara, dan bertumbuh, bahkan ketika tidak ada Bait Suci, sistem persembahan korban, dan imamat yang berfungsi untuk mendukungnya. Yudaisme terutama golongan Farisi dibangun di atas pengabdian kepada Taurat. Mereka membacanya, mengajarkannya, dan bahkan bersumpah untuk mempraktikkan tradisi yang mencegah mereka melanggar perintah-perintah yang diajarkannya. Untuk mencegah pelanggaran tak disengaja terhadap suatu perintah tertentu, para Rabi mengajarkan bahwa seseorang harus mengikuti tradisi yang lebih ketat daripada yang diwajibkan oleh Hukum Taurat. Misalnya, untuk menghindari penyebutan nama Tuhan dengan sembarangan, mereka tidak mengucapkan nama Tuhan sama sekali, melainkan mengucapkan Adonai - Tuhanku. Praktik ini disebut "membangun pagar di sekeliling Taurat."
Selama masa pembuangan, di mana pun sepuluh pria tersedia untuk beribadah (disebut minyan), orang Yahudi akan berkumpul untuk berdoa pada hari Sabat. Jemaat ini kemudian dikenal dengan kata Yunani "Sinagoge" ("berkumpul"). Ketika mereka membangun rumah-rumah doa, bangunan-bangunan ini kemudian dikenal sebagai sinagoge. Pada zaman Perjanjian Baru, ibadah telah membentuk pola pembacaan Shema ("Dengarlah, hai Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa"), doa, bacaan Taurat dan kitab para nabi, khotbah, dan berkat.

Ketika Koresh Agung mengakhiri pembuangan, tidak semua orang Yahudi kembali ke tanah air. Beberapa tetap tinggal di Babilonia dan Persia; yang lain pindah ke Yunani, Roma, dan berbagai belahan dunia lainnya. Sinagoge ikut bersama mereka, bersama dengan aspek-aspek lain dari Yudaisme. Dalam peristiwa-peristiwa ini, Allah mempersiapkan dunia untuk pelayanan Yesus, para rasul, dan khususnya Rasul Paulus.
Demikianlah perjalanan Yudaisme pada saat itu.

Pdt.Ardianus Situmorang S.Th

theologi Lutheran

Acara Ibadah pemuda/i lutheran minggu XX setelah Trinitatis

  ACARA IBADAH REMAJA & PEMUDA/I GKLI Sabtu, 01 November 2025 1.       Bernyanyi dari Kidung Jemaat No. 15 : 1 – 3 (...

what about theologi luther ?