Senin, 13 Oktober 2025

KELAHIRAN YUDAISME

KELAHIRAN YUDAISME
Ketika bangsa Babilonia menaklukkan Yehuda, menghancurkan Bait Suci dan tembok-tembok Yerusalem, serta membawa sebagian besar penduduknya ke pembuangan, maka pada saat itu banyak penduduk yang mengalami krisis Iman. 
Bagaimanakah mereka bisa menyembah Tuhan tanpa Bait Suci sebagai tempat mereka dapat mempersembahkan korban? 
Bagaimana mereka bisa berhubungan dengan-Nya? 
Tuhan mengutus para nabi untuk membantu mereka menyelesaikan semua ini. Hasilnya adalah lahirnya sebuah agama baru yaitu Yudaisme. Yudaisme adalah agama monoteistik tertua yang berakar pada peradaban dan tradisi bangsa Yahudi. Agama ini menekankan kepercayaan pada satu Tuhan, kepatuhan pada hukum dan etika yang terdapat dalam kitab suci Tanakh (termasuk Taurat) dan tradisi rabinik (seperti Talmud), serta pentingnya keadilan, kasih sayang, dan ketaatan kepada Tuhan. Penganutnya menjalankan ibadah di sinagoga yang dipimpin oleh seorang rabi. 
Agama adalah serangkaian adat istiadat, tugas, praktik, dan ritual yang dilakukan orang untuk melayani dewa atau dewa-dewa mereka. Agama sebenarnya adalah sebuah budaya. Tuhan menggunakan Yudaisme sebagai tempat di mana iman sejati kepada-Nya dapat ditanam, dipelihara, dan bertumbuh, bahkan ketika tidak ada Bait Suci, sistem persembahan korban, dan imamat yang berfungsi untuk mendukungnya. Yudaisme terutama golongan Farisi dibangun di atas pengabdian kepada Taurat. Mereka membacanya, mengajarkannya, dan bahkan bersumpah untuk mempraktikkan tradisi yang mencegah mereka melanggar perintah-perintah yang diajarkannya. Untuk mencegah pelanggaran tak disengaja terhadap suatu perintah tertentu, para Rabi mengajarkan bahwa seseorang harus mengikuti tradisi yang lebih ketat daripada yang diwajibkan oleh Hukum Taurat. Misalnya, untuk menghindari penyebutan nama Tuhan dengan sembarangan, mereka tidak mengucapkan nama Tuhan sama sekali, melainkan mengucapkan Adonai - Tuhanku. Praktik ini disebut "membangun pagar di sekeliling Taurat."
Selama masa pembuangan, di mana pun sepuluh pria tersedia untuk beribadah (disebut minyan), orang Yahudi akan berkumpul untuk berdoa pada hari Sabat. Jemaat ini kemudian dikenal dengan kata Yunani "Sinagoge" ("berkumpul"). Ketika mereka membangun rumah-rumah doa, bangunan-bangunan ini kemudian dikenal sebagai sinagoge. Pada zaman Perjanjian Baru, ibadah telah membentuk pola pembacaan Shema ("Dengarlah, hai Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa"), doa, bacaan Taurat dan kitab para nabi, khotbah, dan berkat.

Ketika Koresh Agung mengakhiri pembuangan, tidak semua orang Yahudi kembali ke tanah air. Beberapa tetap tinggal di Babilonia dan Persia; yang lain pindah ke Yunani, Roma, dan berbagai belahan dunia lainnya. Sinagoge ikut bersama mereka, bersama dengan aspek-aspek lain dari Yudaisme. Dalam peristiwa-peristiwa ini, Allah mempersiapkan dunia untuk pelayanan Yesus, para rasul, dan khususnya Rasul Paulus.
Demikianlah perjalanan Yudaisme pada saat itu.

Pdt.Ardianus Situmorang S.Th

Tidak ada komentar:

theologi Lutheran

Acara Ibadah pemuda/i lutheran minggu XX setelah Trinitatis

  ACARA IBADAH REMAJA & PEMUDA/I GKLI Sabtu, 01 November 2025 1.       Bernyanyi dari Kidung Jemaat No. 15 : 1 – 3 (...

what about theologi luther ?