Penjelasan kotbah minggu XVI Set trinitatis
LUKAS 17:1-10
𝗞𝗶𝗿𝗮𝗻𝘆𝗮 𝗸𝗮𝘀𝗶𝗵 𝘀𝗲𝘁𝗶𝗮 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵 𝗕𝗮𝗽𝗮, 𝗔𝗻𝗮𝗸 𝗱𝗮𝗻 𝗥𝗼𝗵 𝗞𝘂𝗱𝘂𝘀 𝗺𝗲𝗺𝗲𝗹𝗶𝗵𝗮𝗿𝗮 𝗱𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗻𝗼𝗹𝗼𝗻𝗴 𝗸𝗶𝘁𝗮 𝘀𝗲𝗺𝘂𝗮. 𝗔𝗺𝗶𝗻 😊
Saudara saudari, topik khotbah kita pada minggu ini adalah topik penting yang sangat perlu kita pahami dan harus lakukan dalam hidup, sebab ini adalah nasihat nasihat yang dapat dilakukan hanya lewat Iman. Nasihat Yesus Kristus ini bukan hanya untuk murid murid saja, tetapi sesungguhnya kita juga harus hidup dalam nasihat nasihat Yesus. 
𝗔𝗽𝗮𝗸𝗮𝗵 𝗻𝗮𝘀𝗶𝗵𝗮𝘁 𝗶𝘁𝘂?. 
1. Agar kita mampu menjaga diri supaya tidak jatuh kedalam penyesatan, ataupun tidak menjadi batu sandungan. 
2. Agar kita mampu untuk saling mengampuni dan hidup dalam pengampunan tanpa batas. 
3. Agar kita memiliki ketaatan sebagai hamba Allah. 
𝗕𝗮𝗴𝗮𝗶𝗺𝗮𝗻𝗮𝗸𝗮𝗵 𝗮𝗴𝗮𝗿 𝗻𝗮𝘀𝗶𝗵𝗮𝘁 𝗶𝗻𝗶 𝗱𝗮𝗽𝗮𝘁 𝘁𝗲𝗿𝗹𝗮𝗸𝘀𝗮𝗻𝗮?.
Dalam hal ini Yesus berbicara bukan karna besar kecilnya iman sehingga nasihatNya dapat terlaksana, melainkan 𝗔𝗱𝗮𝗸𝗮𝗵 𝗜𝗺𝗮𝗻 𝗜𝘁𝘂 𝗗𝗶 𝗗𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗗𝗶𝗿𝗶 𝗠𝗲𝗿𝗲𝗸𝗮.
𝗦𝗲𝗯𝗮𝗯 𝘀𝗲𝘀𝘂𝗻𝗴𝗴𝘂𝗵𝗻𝘆𝗮 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗿𝗶𝗺𝗮𝗻 𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗹𝗮𝗸𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗵𝗲𝗻𝗱𝗮𝗸 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵. Dan Allah dapat bekerja dalam diri setiap orang percaya meskipun hanya ada iman yang kecil seperti biji sesawi. 
Dalam perikop ini dapat kita lihat bahwa menjadi murid Tuhan bukan hanya bicara tentang hubungan pribadi dengan Dia, melainkan harus terikat juga dengan hubungan terhadap sesama. Firman ini mengajarkan bahwa orang Kristen punya tanggung jawab atas sesamanya. Kita tidak boleh hanya peduli pada diri sendiri, tetapi kita juga harus memperhatikan sesama kita. Yesus memperingatkan bahwa murid Tuhan tak boleh menyesatkan (1-3). Setiap orang yang menyesatkan orang lain akan diperhadapkan dengan hukuman 
"ditenggelamkan dengan batu kilangan"! . Menurut Yesus penyesatan adalah dosa yang sangat serius sehingga hukuman bagi si penyesat pun tidak main-main. Oleh karena itu, setiap murid Tuhan harus bertanggung jawab atas segala sesuatu yang mereka ajarkan, dan setiap umat tebusanNya harus menjaga diri agar tidak menjadi batu sandungan, sebab menjadi batu sandungan bagi orang lain adalah dosa yang tergolong dalam penyesatan. Ketika Iman memampukan diri kita untuk  menjaga diri agar tidak jatuh ke dalam kesesatan, maka sesungguhnya Iman juga akan memampukan kita untuk saling mengampuni, sebab hal ini adalah nasihat yang berkesinambungan. Kita tidak boleh menutup pintu maaf bila ada orang yang melakukan kesalahan (3-4). Relasi dengan Allah seharusnya memampukan kita untuk memulihkan relasi dengan sesama.Sikap yang harus ditunjukkan oleh para Rasul adalah mengampuni dengan tidak terbatas. Cara pengampunan yang diperintahkan oleh Yesus sangat berbeda dengan tradisi orang Yahudi (Mat. 5:38-44). 
Firman Tuhan mengingatkan kita agar setiap orang yang telah melakukan kesalahan harus ditegur dan jikalau menyesal, ia harus diampuni, seberapa sering pun ia melakukannya. Memang mengesalkan bila harus mengampuni orang yang berulangkali melakukan kesalahan, tetapi itu bukanlah sesuatu yang mustahil. Murid-murid Tuhan diminta agar selalu bersedia mengampuni karena demikian jugalah yang telah dan sedang Tuhan lakukan bagi kita, "mengampuni dosa dosa kita tiap tiap penyesalan kita". 
Sebagai orang percaya, kiranya kita pun memahami bahwa diri kita adalah anggota keluarga Allah. Oleh karena itu setiap orang yang menjadi anggota keluarga Allah harus memiliki komitmen untuk mengejar kebenaran dengan saling membangun dan saling mengampuni. Semua bagian ini adalah konsekuensi dari pada hidup orang benar, ketika kita menerima pengampunan dari Allah maka sesungguhnya kita juga harus mampu mengampuni sesama, menuntun dan menegor dan demikianlah kita telah menjadi Hamba Allah. 
Hamba Allah bukan berarti seperti hamba orang kaya, sebab menjadi hamba Allah adalah pekerjaan yang sangat mulia, dan jabatan itu hanya dapat kita peroleh ketika Alah menginsafkan kita akan dosa dan memperlengkapi kita dengan Iman. Iman akan menuntun dan mendorong kita agar selalu melakukan kehendak Allah. 
Dalam perikop ini, Yesus juga menekankan bahwa Iman harus menuntun kita kepada kerendahan hati. Karena itulah Kristus pun kemudian memberikan pengajaran yang lebih lanjut tentang sikap mereka terhadap Allah, yaitu mengenai kerendahan hati (ayat 7-10). Sikap ini harus dimanifestasikan melalui tindakan yang tidak mengharapkan pujian atau terima kasih, karena kita bekerja mengusahakan segala yang baik sebetulnya bukanlah untuk kepentingan pribadi kita lagi, tetapi karna kita adalah hamba-hamba Allah "hidup untuk mendatangkan yang baik" Itu adalah kewajiban kita. Sikap kerendahan hati ini juga harus dimanifestasikan melalui perbuatan dan tindakan yang memuliakan Allah seperti yang didemonstrasikan oleh satu dari 10 orang kusta (ayat 11-19). Setelah melihat bahwa dirinya sembuh, ia kembali kepada Kristus bukan sekadar mengucapkan terimakasih, namun untuk memuliakan Allah dan menceritakan perbuatan Allah. 
Oleh karena itu, hendaklah kiranya Iman semakin memelihara dan menguatkan kita, marilah kita Hidup dalam pengampunan, menjaga diri agar tidak menyesatkan dan hiduplah sebagai hamba Allah. 
Kiranya kasih setia Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus memelihara dan menolong kita semua. Amin 🙏
𝓟𝓭𝓽. 𝓐 𝓼𝓲𝓽𝓾𝓶𝓸𝓻𝓪𝓷𝓰 𝓢. 𝓣𝓱