Tampilkan postingan dengan label HKBP DO HKBP - Akankah jadi agereja Oikumene ??. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label HKBP DO HKBP - Akankah jadi agereja Oikumene ??. Tampilkan semua postingan

Rabu, 15 Oktober 2025

HKBP DO HKBP - Akankah jadi agereja Oikumene ??

“HKBP DO HKBP" 
AKAN JADI GEREJA OIKUMENE ?

Salam Damai 'n Kasih Kristus!

Pd tgl 7 Okt 1861 di Sipirok, para pekabar Injil mengadakan rapat 'tuk membagi tempat pelayanan yaitu: Pdt. Heine, Pdt. Klammer, Pdt. Betz, Pdt. Van Asselt. Tgl inilah yg ditetapkan jadi hr lahir HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN yg diambil dr nama ke-4 org pdt (non Batak) peserta rapat tsbt. Juga berketepatan dlm bln Okt 1861 ini Nommensen ditahbiskan sebagai Pdt dan langsung diberangkatkan oleh Misi Barmen jadi misionar ke Tanah Batak, tapi selama 2 bln dia masih harus belajar Bahasa dan Budaya Batak terlebih dulu dr Dr. Van Der Tuuk di Belanda.

Jadi, meskipun HKBP telah berdiri selama 20 thn (1861-1881), namun masih belum memiliki seorang Pimpinan Gereja (Uluan ni Huria). Pd thn 1881, Kongsi Barmen menetapkan Nommensen jadi Ephorus pertama di HKBP. Sedangkan gelar “Ompu i" resmi diberikan kepada Nommensen setelah jadi Ephorus, dan kemudian gelar “Ompu i" jadi sebutan/gelar resmi bagi semua Ephorus HKBP. Padahal karna berkat ketrampilan Nommesen dalam mendamaikan setiap perkara atau pertengkaran di sawah dan juga peperangan antar kampung, maka Raja Pontas dan Raja lainnya yg sdh jadi Kristen menganggap Nommensen pantas dijuluki “Ompu i" sejajar dg Raja Sisingamangaraja XII. Nah, kita juga tentu berharap semua Ephorus HKBP hendaknya seperti Ompu Nommensen teristimewa dalam “Hadameon dohot Halambokon” agar tercapai umpasa Batak yang mengatakan “Goar na ma daina” tapi biarlah sejarah yang akan mencatat. (NB: Perjalanan HKBP sangat sarat dengan konflik semenjak kepemimpinan sebagai Ephorus di teruskan oleh orang Batak, dan hampir di setiap dekade ada konflik yg muncul. Salah satu sumber konflik yg sering terjadi adalah masalah kepemimpinan, distribusi kekuasaan dan mekanisme pelayanan serta pengambilan keputusan yg diatur di dlm AP.

Kalau anda pernah menyaksikannya sungguh betapa brutalnya saat konflik terjadi baik di Kampus Teologi Pematang Siantar maupun di berbagai Gereja di Medan, bahkan Kantor Pusat HKBP Pearaja Tarutung juga jadi ajang perebutan. Kalau demikian halnya masih pantaskah lagi gelar “Ompu i" disematkan kpd Ephorus HKBP? 
Memang tak seorang pun seperti Nommensen yg hanya dg mengandalkan “kasih sayang” dalam menginjili mampu mendamaikan berbagai pertikaian dan peperangan antar kampung, bahkan mengatasi berbagai tindak kejahatan seperti pembunuhan, perkelahian dan perjudian.

Nommensen mengetahui adat Batak, dan dia tak melarang adat yg tak bertentangan dg Alkitab, seperti halnya konsep “Dalihan na Tolu” yang dapat mempererat kekerabatan orang Batak sehingga perlu dilestarikan. Kawin semarga pun dilarang oleh adat Batak dan juga dilarang oleh Gereja, hanya Nomensen tidak membenarkan pemakaian Gondang Batak di Gereja.

Sejarah mencatat, bahwa sebelum Nommensen jadi Ephorus HKBP pertama (1881-1918) ternyata ia telah menjalankan misi penginjilannya selama 20 thn (1861-1881), dan selama itu masyarakat Batak selalu memanggilnya dengan sebutan “Amang atau Tuan Nommensen”, bahkan setelah jadi Ephorus tetap saja dipanggil dengan sebutan “Ompu atau Ompu i Nommensen”.

Pada thn 1876 Nommensen telah berhasil menterjemahkan PB ke dlm Bhs Batak Toba, tapi kita tak tahu apakah diterjemahkan dr Bhs Jerman atau dari teks asli bahasa Yunani (Greek), sementara sahabatnya Johansen berhasil menterjemahkan PL ke dalam Bahasa Batak Toba. (NB: Kita patut mengapresiasi ada rencana dan upaya HKBP saat ini bekerjasama dengan LAI akan menerbitkan Bibel terjemahan baru. Mungkin jemaat selama ini tak menyadari bahwa Bibel terjemahan Nommensen dan Johansen pada waktu itu adalah dibuat dalam rangkah penginjilan, sehingga diksi atau pilihan kata yang digunakan tentu harus disesuaikan dengan kondisi setempat. Juga pada masa itu kalimat dalam Bahasa Indonesia tempo dulu sama halnya dengan Bahasa Batak kalimatnya masih dominan frase Hukum DM. Misalnya, nats 1 Musa 1:1 dituliskan: “Di mula ni mulana ditompa Debata langit dohot tano on”, sedangkan dlm Kej. 1:1 dituliskan: “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” Jadi, tentu dlm Bibel terjemahan baru nantinya bisa saja nats 1 Musa 1:1 akan diterjemahkan: “Di mula na Debata manompa langit dohot tano”. Itulah sebabnya saat ini perlu ada Bibel terjemahan baru agar lebih praktis dan mudah dipahami terlebih oleh kaum millenial Gereja kita HKBP.

Saat berlibur ke Jerman setelah 18 thn melayani pd thn 1880, Nommensen menyempatkan diri menciptakan Tata Ibadah HKBP. Meskipun agak lain dari Tata Ibadah Lutheran di Jerman, namun dibuat lebih original yg disesuaikan dg kondisi setempat. Tata ibadahnya mengadopsi Lutheran dan Presbiterian dan sekaligus budaya Batak dipersatukan sehingga tampak sungguh indah, dan bahkan tata ibadah itu telah lebih 100 thn diikuti oleh HKBP. Karna orang Batak gemar bernyanyi dan suka musik, maka Nommensen berusaha agar dikirim musik tiup dan poti marende (orgel) ke Tanah Batak. Kemudian pada usia 70 thn (1904) Ompu Nommensen dianugerahi Doktor Teologi Kehormatan oleh Fakultas Teologi Universitas Bonn, Jerman, atas keberhasilannya yg luar biasa membawa Injil ke Tanah Batak. Padahal Ompu Nommensen sebenarnya tak ingin mendapat hadiah atau penghargaan, ia mengaku hanya seorang miskin yang tidak punya arti apa2, tapi rohnya telah ditebus dengan nilai yg sangat mahal, yaitu dengan Darah Yesus.

Setelah Ephorus Nommensen ternyata masih ada 3 org lagi pdt Misionar (non Batak) jadi Ephorus HKBP (1918-1940), jadi selama 59 thn (1881-1940) HKBP pernah dipimpin oleh 5 org Ephorus dari Pdt Misionar (non Batak), dan selama itu Tata Ibadah HKBP pernah beberapa kali mengalami revisi yang kemudian pada tahun 1937 diterbitkan Agenda HKBP (Buku Liturgi) dan ternyata itulah yg digunakan dlm Ibadah HKBP sampai sekarang. Dengan ditangkapnya semua Pdt Jerman oleh tentara Belanda pada tanggal 10 Mei 1940, maka sejak itu pimpinan HKBP dijabat oleh Pdt Batak, tepatnya pada Sinode Godang HKBP tgl 10-11 Juli 1940 terpilih Pdt. K. Sirait jadi Voorsitter (Ephorus) HKBP (1940-1942), dan itu jadi hari kemandirian (manjujung baringin na) HKBP, yg dapat dikatakan telah mandiri dalam hal dana, daya, dan teologi.

Semasa kepemimpinan Ephorus HKBP Ds. Dr. hc. J. Sihombing (1942-1962) selama 20 tahun terkenal semboyan “HKBP DO HKBP” yg se_akan2 ingin mengatakan kepada dunia bahwa inilah HKBP yang tak mau meniru dan tak bisa didikte oleh siapa pun terlebih dalam hal teologi seperti menetapkan Tata Gereja, Tata Ibadah dan Konfessi HKBP. Pucuk pimpinan gerejanya disebut dengan “Ephorus” seperti Nommensen bukan “Bishop” maka dunia mau bilang apa, karna “HKBP do HKBP”. Dalam Tata Gereja 1930 misalnya, dikatakan: “HKBP bertujuan untuk mempersekutukan seluruh orang Batak di dalam iman yang satu itu, sambil memberitakan Injil kepada bangsa sekitar yang belum seiman. Sedangkan dalam Tata Gereja 1940 dikatakan agar kesatuan dan persekutuan di dalam gereja harus dipertahankan dan dipelihara. Tapi dalam Tata Gereja 1950 sudah lebih bersifat oikumenis dalam arti HKBP jadi pelopor dalam memasuki Gerakan oikumenis di Indonesia.

Apakah nantinya HKBP yg berdiri atas dasar kesukuan atau sebagai Gereja orangnya Batak akan menjadi Gereja Oikumene? 
Dalam B.E Suplemen HKBP telah mengisyaratkannya, dlm BE. No. 864. “OIKUMENE” dikatakan: 
1. Asing pe hata nang luatta be, marragam rupa nang adatta be; Sada do Debatanta ingot be, na marhaha-anggi hita sasude, di Kristus sada hita be. 
2. UEM do parsadaan ni hita on, pajongjong dame di portibi on; Patindang hatigoran i sintong, pararat harajaonNa dison, sahat tu liat tano on. 
3. Hita pinilit ni Tuhanta i, urupi ma dongan na pogos i; Palua angka na tarante i, tabaen marnida na mapitung i, apuli na mardangol i. Amen!

NB: SEJAK A/P-2002 HKBP DENGAN VISI DAN MISINYA SUDAH BERSIKAP INKLUSIF, DIALOGIS DAN TERBUKA, BAHKAN TAHUN INI ADALAH "tahun oikumene hkbp inklusif 2024".

theologi Lutheran

Acara Ibadah pemuda/i lutheran minggu XX setelah Trinitatis

  ACARA IBADAH REMAJA & PEMUDA/I GKLI Sabtu, 01 November 2025 1.       Bernyanyi dari Kidung Jemaat No. 15 : 1 – 3 (...

what about theologi luther ?