Selat pagi.
Firman Allah untuk kita.
Kisah Para Rasul 2 : 41
Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.
Kisah Para Rasul 2 : 42
Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.
Kisah Para Rasul 2 : 43
Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda.
Kisah Para Rasul 2 : 44
Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,
Saudara saudari, Cara hidup jemaat mula-mula adalah kisah yang memperlihatkan hangat dan harmonisnya persekutuan di dalam Yesus Kristus. Mereka bertekun dalam pengajaran, berdoa bersama, dan memecahkan roti (42). Kebersamaan mereka bukan hanya dalam Ibadah. Namun, kesatuan itu ditunjukkan dengan tindakan KASIH yang saling memiliki dan berbagi dan menganggap bahwa semuanya adalah milik bersama. Bahkan, dalam perikop ini terlihat ketulusan hati mereka dalam menerima persekutuan di rumah masing-masing. Selalu ada dari mereka yang menjual hartanya untuk dibagikan (44-46). Ini adalah kesaksian yang hidup, yang menjadi daya tarik bagi orang banyak untuk BERTOBAT pada waktu itu (47) jika kita bandingkan dengan Jemaat pada saat ini, sudah lebih banyak yang berlomba lomba memperkaya diri sendiri tanpa melihat yang kesusahan.
Cara hidup saling berbagi dan saling peduli sungguh sangat melekat erat pada jemaat mula-mula. Dari sinilah istilah "KOINONIA" bermula, istilah yang merujuk kepada tindakan saling berbagi antar sesama. Hal ini didasarkan pada Yesus Kristus yang telah membagikan tubuh-Nya bagi orang-orang tebusan. Karena Kristus telah membagikan tubuh-Nya, sudah sepatutnya para pengikut-Nya pun meniru teladan-Nya dengan saling berbagi antara satu sama lain tanpa harus mengharapkan imbalan. Sebab, dari cara hidup ini kita dapat melihat persekutuan yang mencerminkan partisipasi yang intim dan aktif. Apa yang ada dan mereka miliki dijual, lalu dibagikan, serta dinikmati bersama. Tidak ada sikap egois, cuek, dan kikir.
Kebersamaan dan kepedulian, itulah nilai murid Kristus. Gereja bukan hanya tempat mengisi absensi, melainkan komunitas orang kudus yang layaknya harus kita hidupi. Terlalu sempit jika kita memandang Gereja hanya sebatas tempat kebaktian. Di dalam persekutuanlah kita mempererat kebersamaan umat yang perlu dipupuk dan dipertahankan bersama. Kebersamaan bukan berarti hidup tanpa gesekan. Namun, jika ada gesekan, bukan berarti kebersamaan dibubarkan. Sebab, dari gesekanlah besi menajamkan besi dan manusia menajamkan manusia, artinya kita belajar makin memahami dan menerima satu sama lain. Kini saatnya kita harus kembali menjadi warga Gereja yang terlibat aktif dalam persekutuan di mana kita berjemaat. Dengan melibatkan diri barulah kita bisa saling peduli dan berbagi dalam persekutuan Kristus.
Kiranya Kasih setia Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus memelihara kita semua. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar