Kamis, 04 September 2025

Beritakanlah kasih setia Allah

Selamat pagi. 
Firman Allah untuk kita. 
Mazmur 48 : 10
Seperti nama-Mu, ya Allah, demikianlah kemasyhuran-Mu sampai ke ujung bumi; tangan kanan-Mu penuh dengan keadilan.
Mazmur 48 : 14
Sesungguhnya inilah Allah, Allah kitalah Dia seterusnya dan untuk selamanya! Dialah yang memimpin kita!

Saudara saudari, Allah adalah kasih", itulah pernyataan yang agung dan sangat berharga bagi kita sebagai umat Allah. Namun sayangnya banyak orang percaya kemudian mendenifisikan kasih Allah sebagai kasih yang memanjakan, yang tidak menuntut, dan yang membiarkan kejahatan tidak dihukum. Pada bacaan Firman hari ini menunjukkan bahwa Allah kita adalah Allah yang menegakkan keadilan dan memberikan penghakiman yang dahsyat kepada orang-orang fasik. 

Saat murka Allah dinyatakan maka kegentaran menimpa raja-raja yang berkumpul melawan Dia (ayat 5-7). Kesakitan yang dahsyat menimpa raja-raja tersebut sehingga dikatakan mereka kesakitan seperti perempuan yang akan melahirkan (ayat 7). Murka Allah tersebut disambut baik oleh umat Allah dan mereka pun memuji Allah yang telah menegakkan keadilan (ayat 11). Umat bersorak-sorai karena penghukuman Tuhan atas bangsa-bangsa itu (ayat 12). Mereka memuji Allah, yang telah me-lepaskan Sion dari musuh-musuhnya. Yerusalem menjadi aman karena berkat dan perlindungan Allah. Sejak semula Allah memang selalu menyelamatkan umat-Nya dengan menghakimi bangsa-bangsa dan orang-orang fasik. Allah me-nyelamatkan umat Israel dari perbudakan Mesir dengan menjatuhkan 10 tulah atas orang Mesir dan menenggelamkan kereta-kereta kuda Mesir di Laut Merah. 

Bagaimanakah dengan kita? Sudahkah kita sungguh-sungguh menghayati kasih setia Allah dalam hidup ini? 
Marilah kita berfokus kepada kasih setia Tuhan dalam hidup ini. Dengan begitu, kita akan senantiasa mampu bersyukur atas hidup yang diberikan-Nya. Hayatilah kasih setia-Nya senantiasa, maka kita akan melihat betapa baiknya Tuhan kepada kita. 
Dengan mengingat segala karya Tuhan atas hidup kita, itu artinya Tuhan menginginkan agar kita tidak melupakan-Nya dan segala karya perbuatan-Nya. Dalam Mazmur ini dapat kita lihat bahwa selain mengingat segala perbuatan Allah yang ajaib, bani Korah juga mendorong umat Allah untuk melakukan tindakan nyata, yaitu menceritakan secara pribadi karya Tuhan kepada orang lain (14). 

Oleh karena itu, marilah kita setia menceritakan kebaikan Tuhan Allah dalam hidup kita, sebab kasih setia Allah kekal memelihara dan menolong hidup kita sampai Dia akan datang. 

Kiranya kasih setia Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus memelihara dan menolong kita semua. Amin 🙏

Rabu, 03 September 2025

Tuhan Allah adalah Raja kita

Selamat pagi . 
Firman Allah untuk kita. 
Mazmur 47 : 1 
Hai segala bangsa, bertepuktanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai!
Mazmur 47 : 2
Sebab TUHAN, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat, Raja yang besar atas seluruh bumi.
Mazmur 47 : 6
Bermazmurlah bagi Allah, bermazmurlah, bermazmurlah bagi Raja kita, bermazmurlah!
Mazmur 47 : 7
Sebab Allah adalah Raja seluruh bumi, bermazmurlah dengan nyanyian pengajaran!
Mazmur 47 : 8
Allah memerintah sebagai raja atas bangsa-bangsa, Allah bersemayam di atas takhta-Nya yang kudus.


Saudara saudari, Ada 2 hal yang sangat menarik untuk diperhatikan dalam mazmur kita hari ini. 
1. Mengapa pemazmur mengajak segala bangsa untuk meresponi Allah yang dahsyat hanya dengan pujian (ayat 2, 7- 8)? Tidakkah lebih tepat jika meresponi-Nya dengan kegentaran yang besar? 
2. Kedua, bukankah Israel yang menerima berkat yaitu keberhasilan menaklukkan bangsa-bangsa lain (ayat 2-5), mengapa pemazmur justru mengajak seluruh bangsa-bangsa untuk memuji Allah? Bagaimana memahami mazmur ini? 

Saudara saudari, Penyebutan Allah Israel sebagai raja bukan dimulai oleh Israel sendiri, melainkan oleh Allah sendiri. Allah berkenan memakai gelar politis (Raja) itu untuk menyatakan kehadiran dan kedaulatan Allah atas Israel di tengah-tengah pergerakan politik dunia pada masa Perjanjian Lama. 

Dalam Mazmur ini kita di ajarkan agar mengakui kerajaan Allah atas Israel, tetapi juga melalui Israel atas bangsa-bangsa lain. Pada saat Israel dinaugurasikan sebagai sebuah bangsa pilihan TUHAN, sesungguhnya raja Israel sendiri telah menaklukkan bangsa-bangsa ke bawah Israel (ayat 4). Israel mendapatkan tanah pusaka sebagai milik yang patut dibanggakan (ayat 5) dan pada saat itulah Allah memproklamasikan diri sebagai Raja mereka. 

Mazmur ini tidak berhenti hanya pada pujian bagi Raja Israel, tetapi meneruskannya dengan memanggil semua bangsa lainnya untuk mengakui bahwa Dia adalah Raja atas bumi, karena sesungguhnya Tuhan adalah Raja atas seluruh bumi (ayat 3, 8, 9). Sekarang ini, pengakuan itu belum datang dari mulut bangsa-bangsa di luar Israel. Akan tetapi, sesuai dengan janji Allah kepada Abraham, semua bangsa akan diberkati melalui Israel. Berkat itu yang paling terutama adalah Allah sebagai Raja mereka dan atas seluruh bangsa bangsa. Sungguh, Allah adalah Raja bukan karena manusia menerima dan mengangkat Dia sebagai Raja. Bukan pula karena Allah telah berjasa bagi manusia. Tetapi Allah kira adalah raja atas seluruh bumi sebab Dialah Sang pemilik alam semesta dan segala isinya, termasuk manusia. Dia Sang Pencipta, Pemilik, dan Penebus manusia yang sudah jatuh ke dalam perbudakan dosa

Di dalam Perjanjian Baru, Ke-Raja-an Allah dinyatakan secara sempurna lewat Tuhan Yesus. Dialah Raja bukan dalam konteks bangsa-bangsa, tetapi dalam hati setiap orang percaya. Dia adalah Pencipta dan Pemilik, bahkan Penebus hidup. Karya penebusan Kristus mengkonfirmasi bahwa Dialah satu-satunya yang berhak atas titel Raja. Tugas kita yang sudah menjadi anggota Keraja-an-Nya adalah memproklamasikan Injil Kerajaan Allah, dan sebagai gerejaNya atas dunia berikan tugas untuk mengampuni dosa seluruh umat lewat pemberitaan FirmanNya dan melayankan ke 2 sakramenNya dengan benar sesuai kehendak Allah itu sendiri. Sebab ketika Injil diberitakan dengan murni dan sakramenNya di layankan dengan benar serta disambut dengan baik, maka sesungguhnya kuasa Ke-Raja-an Allah sedang dinyatakan (Flp. 2:10-11). 

Oleh karena itu, marilah kita berserah kepada Allah sang pemilik bumi. Dan serahkanlah segala pergumulan bangsa kepada Sang Raja yang Agung. Doakanlah para pemimpin dan pengambil kebijakan agar diberikan kekuatan untuk memerintah. Dan Beritakanlah kepada semua orang bahwa Tuhan Yesus adalah Raja atas hidup mereka. 


Kiranya kasih setia Allah Bapa, Anak dan Roh kudus memelihara atas kita semua. Amin 🙏

Senin, 01 September 2025

Bagaimanakah Hidup orang Percaya - Pemimpin Rohaniawan yang sepatutnya ??

Selamat pagi. 
Firman Tuhan untuk kita. 
Matius 23 : 3
Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.
Matius 23 : 10
Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias.
Matius 23 : 11
Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.
Matius 23 : 12
Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.

Saudara saudari, Orang yang menghidupi tradisi agama belum tentu adalah orang yang betul-betul religius. Orang tidak religius sekalipun bisa melakukan praktik agama seperti berpakaian khusus, berdoa, beribadah rutin, memegang jabatan tertentu di tempat ibadah, mengutip Kitab Suci, bahkan mengajar dan menasihati orang lain dengan firman Tuhan. Dari sisi yang baik, tentu Kita pasti ingin belajar dan mengikuti orang yang betul-betul religius. Namun, bagaimanakah sebaliknya jika orang yang kelihatan religius tidak memberikan contoh hidup yang baik atau hidup yang benar ?? . 

Dalam Perikop ini, Yesus mengkritik ahli Taurat dan orang Farisi yang mengikuti tradisi agama hanya supaya dapat dilihat dan diakui oleh orang lain (5a). Mereka mengenakan tali sembahyang (tefillin), yaitu kotak berisi ayat yang diikatkan di dahi dan di tangan untuk mengingatkan mereka akan hukum Tuhan setiap hari (Kel. 13:9, 16). Dan mereka juga mengenakan jumbai dengan benang ungu kebiruan di ujung jubah mereka yang mengingatkan mereka akan perintah Tuhan (5; Bil. 15:38-40). Sayangnya, apa yang mereka sukai bukan Tuhan atau firman-Nya, melainkan hanya menginginkan penghormatan dari masyarakat ataupun bawahannya (6-7). 
Yesus sungguh-sungguh mengkritik ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu. Sebab mereka telah mengatasnamakan Tuhan untuk membuat hidup orang lain menjadi berat dengan berbagai aturan Taurat yang sangat ketat. Dan yang lebih jahatnya para ahli Taurat sama sekali tidak mau menyentuh sedikit pun apa yang mereka ajarkan (3b-4). Mereka tepat disebut sebagai aktor rohani (ayat 5-10), dan mereka tidak patut disebut rabbi sebab tidak memberlakukan kebenaran yang mereka ketahui dan ajarkan kepada orang lain lebih dulu pada diri sendiri. 

Saudara saudari, disamping Yesus mengecam ahli Taurat, Yesus juga memberitahukan bahwa sesungguhnya orang orang Farisi dan ahli Taurat juga memiliki Banyak kelebihan. Dalam perikop ini dapat kita lihat bahwa Yesus juga tak segan mengakui bahwa ajaran mereka tentang Taurat harus didengar oleh para pengikut-Nya. Ketekunan dan kesetiaan mereka mengajarkan hukum-hukum Tuhan itu sedemikian cermat sampai dijuluki menduduki kursi Musa. 

Yesus mengingatkan bahwa kemunafikan agama yang dipertontonkan para pemimpin tersebut merupakan kejahatan di mata Allah. Mereka mengajarkan orang lain tentang hal-hal rohani, namun diri sendiri tidak melakukannya. Mereka bermegah satu sama lain dengan aksesoris yang dibuat-buat. Suka mencari pujian dan menghindar untuk melayani orang lain. Yesus sangat menentang model kepemimpinan munafik yang dipelihara secara kolusif oleh golongan elite rohaniwan untuk mengelabui rakyat demi kepentingan pribadi mereka. Kepemimpinan seperti itu sesat dan menyesatkan.

Pemimpin yang baik dapat menjadi teladan bagi rakyatnya. Sebab, kehidupan dan perilaku pemimpin akan selalu menjadi sorotan dan perbincangan orang. Kesediaan untuk merendahkan diri dan melayani adalah keutamaan lain yang membuat seorang pemimpin dihormati dan dicintai rakyatnya. Karena itu, wibawa pemimpin mustahil diperoleh tanpa membuktikan bahwa dia sudah bisa memberi teladan dalam hidup sehari-hari.

Lalu bagaimanakah sesungguhnya hidup para rohaniawan?.
Pemimpin yang benar adalah pemimpin yang lebih dulu dipimpin Allah baru kemudian memimpin orang lain. Dan Guru rohani yang benar pun haruslah demikian. Pemimpin dan guru yang terus menerus memandang kepada Kristus dan belajar akan karakter Kristus itu sendiri maka secara otomatis Roh kudusNya akan berkarya menolong untuk selalu bersikap rendah hati dan tunduk kepada Allah, terlebih memandu umat Tuhan untuk mengasihi dan menaati Allah saja.

Kiranya kita menjadi orang yang benar-benar religius, bukan sekadar orang yang terlihat religius, dan setiap orang percaya harus selalu kritis dalam menerima ajaran yang benar dan menghindari cara hidup yang salah dari orang yang mengajarkannya. Mari kita meminta kerendahan hati kepada Allah dan juga anugerah-Nya agar kita dapat mendengarkan dan menaati segala firman-Nya dengan benar.

Kiranya kasih setia Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus memelihara dan menolong kita semua. Amin 🙏

Minggu, 31 Agustus 2025

Tuhan adalah pertolongan kita dalam Susah dan Senang

Selamat pagi 

Firman Tuhan untuk kita. 
Mazmur 44 : 4
Engkaulah Rajaku dan Allahku yang memerintahkan kemenangan bagi Yakub.
Mazmur 44 : 5
Dengan Engkaulah kami menanduk para lawan kami, dengan nama-Mulah kami menginjak-injak orang-orang yang bangkit menyerang kami.
Mazmur 44 : 6
Sebab bukan kepada panahku aku percaya, dan pedangkupun tidak memberi aku kemenangan,
Mazmur 44 : 8
Karena Allah kami nyanyikan puji-pujian sepanjang hari, dan bagi nama-Mu kami mengucapkan syukur selama-lamanya.

Saudara saudari, dalam sejarah kekristenan, perjalanan atau penziarahan adalah salah satu gambaran umum dalam melukiskan relasi dengan Allah. Dalam relasi dengan Allah, kita pasti mengalami pasang dan surut kehidupan.

Pada Mazmur 44 ini dapat kita lihat bahwa pemazmur menceritakan keluh kesah bangsa Israel. Mereka mengalami penderitaan, penindasan, dan serta penghinaan dari bangsa lain. Dalam penderitaan yang demikian hebatnya, Allah dirasa telah meninggalkan mereka. Bahkan, Ia dianggap bertanggung jawab atas segala penderitaan yang mereka alami (14). Namun di balik penderitaan itu, satu hal yang perlu kita tau bahwa ternyata, walaupun mengalami penderitaan hebat, bangsa Israel tidak pernah melupakan Allah, Sang Pencipta hidup. Mereka tetap mengingat sejarah perjalanan bangsanya. Bangsa Israel meyakini bahwa Allah begitu mengasihi dan menyertai mereka (1-9).

Suka duka datang silih berganti dalam hidup kita. Siapa pun kita, tidak ada yang bisa memastikan bahwa hidup akan baik-baik saja dan semua akan berjalan dengan baik. 
Yang bisa kita pastikan adalah Allah ada bersama kita dalam setiap musim kehidupan kita. Kita tidak pernah ditinggalkan. Percayalah bahwa sesungguhnya Allah tetap berkuasa atas segalanya. Kasih setia-Nya berkuasa untuk membebaskan kita dari segenap penderitaan, asalkan kita tetap setia kepada-Nya.

Kiranya kasih setia Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus memelihara dan menolong kita semua. Amin 🙏

Sabtu, 30 Agustus 2025

Hidup dalam Kasih Kristus

Selamat hari Minggu.
Firman Tuhan untuk kita.
Ibrani 13 : 1
Peliharalah kasih persaudaraan!
Ibrani 13 : 2
Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat.
Ibrani 13 : 5
Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."
Ibrani 13 : 6
Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: "Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?"
Ibrani 13 : 7
Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka.

Saudara saudari, Penulis Ibrani mengakhiri suratnya dengan nasihat-nasihat yang berisi dorongan-dorongan agar pembaca surat Ibrani mempunyai kehidupan yang berpadanan dengan doktrin tersebut. Hal pertama dan yang terutama telah dinyatakan bahwa setiap orang percaya harus hidup dalam dalam kasih, sebab percayabtanpa Kasih adalah omong kosong. Dalam topik ini, hidup percaya tidak sekadar dinasihati untuk saling mengasihi, melainkan menekankan pemeliharaan kasih. Penekanan ini sangat penting, karena ketika seseorang semakin mengenal diri orang lain, maka semakin banyak kekurangan orang tersebut yang akan terlihat. Sehingga ia akan kecewa dan pada akhirnya kasih itu akan luntur. Oleh itu, kita harus mengingatkan bahwa orang percaya harus kebal terhadap kekecewaan seperti itu. Yang berarti ketika kita semakin mengenal pribadi orang lain dengan segala kekurangannya, maka kasih yang dari Kristus akan tetap berperan untuk mengasihinya. 

Memberi tumpangan merupakan bentuk kebaikan yang wajar bagi setiap orang termasuk Kristen karena pada zaman itu belum ada hotel maupun losmen. Orang yang lelah dan lapar banyak ditemui di kota-kota ataupun di pintu rumah seseorang yang berharap diizinkan untuk tinggal. Kita tidak hanya harus mendemonstrasikan kebaikan itu, namun kebaikan yang didemonstrasikan itu harus melebihi kebaikan yang dilakukan oleh orang non Kristen, itulah hal yang kedua. Karena itu, setiap orang percaya harus mau memberi tumpangan kepada orang, yang berarti tidak hanya orang kristen saja namun untuk semua orang yang pantas menerima kebaikan itu. Lebih dari itu, Kristen pun harus menunjukkan kasihnya kepada orang-orang hukuman karena mereka tidak mempunyai kebebasan untuk datang meminta belas kasihan. Kristen harus berinisiatif dan mendatangi orang-orang yang membutuhkan. 

Dalam topik bahasan ini, penulisan Ibrani juga mengingatkan agar setiap orang percaya harus mampu menjaga kekudusan pernikahannya, sebab tak jarang hidup dalam kekudusan pernikahan dapat dikatakan sebagai barang langka. Setiap orang percaya harus menunjukkan kehidupan yang mulia melalui pernikahan yang kudus. Kemuliaan kehidupan Kristen juga harus nyata dalam kesederhanaan hidup. Hal ini diungkapkan dengan perkataan 'janganlah menjadi hamba uang dan cukupkan dirimu dengan apa yang ada padamu' (5). 

Penulis Kitab Ibrani dengan tegas mengingatkan umat Allah untuk belajar mencukupi diri dan menjauhkan diri dari menjadi hamba uang (5a). Sebab uang bukanlah tujuan hidup satu-satunya yang dapat dijadikan solusi. Bukan berarti kita tidak membutuhkan uang, melainkan uang bukanlah segalanya dan jangan menghalalkan segala cara demi uang. Oleh sebab itu kita diperintahkan untuk bersyukur atas apa yang kita miliki.

Istilah "cukup" berarti kita mesti pandai mengelola keuangan serta bijaksana menyesuaikan kebutuhan dan bukan sebaliknya. Kata "cukup" juga mengandung makna tidak ambisius dan serakah mengejar kekayaan demi kepuasaan diri. Setiap umat Allah harus belajar percaya akan pemeliharaan Tuhan dalam hidupnya. Sebab bersama dengan Dia dan hidup di dalam Dia, Allah akan memelihara dan mencukupi kehidupan kita.

Kiranya kasih setia Allah Bapa Anak dan Roh Kudus memelihara dan menolong kita semua amin 🙏🙏🙏🙏.

Jumat, 29 Agustus 2025

Aman dalam Perlindungan Tuhan - Mazmur 63

Selamat pagi.... 
Firman Tuhan Untuk kita. 
Mazmur 63 :2
Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair.
Mazmur 63 : 3 
Demikianlah aku memandang kepada-Mu di tempat kudus, sambil melihat kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu.
Mazmur 63 : 4
Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau.
Mazmur 63 : 8
sungguh Engkau telah menjadi pertolonganku, dan dalam naungan sayap-Mu aku bersorak-sorai.
Mazmur 63 : 9
Jiwaku melekat kepada-Mu, tangan kanan-Mu menopang aku.


Saudara saudari, Mazmur ini adalah salah satu mazmur yang menarik dan menyentuh. Mengapa? Karena pemazmur diperhadapkan dengan orang-orang yang ingin mencabut nyawanya (10) dan yang berdusta (12). Saat itu, Daud sedang menyelamatkan diri dari kejaran Saul (1Sam. 23). Dalam tempat persembunyiannya di padang gurun, ia merasakan kesendirian dan kesepian (2). Namun ia memilih untuk tidak berdiam diri menghadapi kesesakannya. Di tengah situasi yang sulit seperti itu, ia tidak mencari pertolongan dari orang lain. Tetapi Ia datang kepada Allah untuk mencurahkan isi hatinya (2-3).

Melalui renungan harian Luther kita hari ini, kita dapat melihat bahwa kehadiran berbagai macam kesulitan, ancaman, dan problematika kehidupan seringkali membuat getir/takut bagi kebanyakan orang. Namun bagi setiap orang yang tetap berpengharapan kepada Allah, sesungguhnya kesulitan juga dapat memainkan peranan yang penting untuk pertumbuhan rohani orang percaya. Penghayatan akan kasih setia Allah dan kerinduan yang mendalam kepada Allah ketika pada situasi yang penuh kegetiran bukanlah merupakan suatu proses yang dapat di lewati dengan mudah, namun satu hal yang pasti jika kita melewatinya bersama dengan Tuhan maka kekuatiran itu akan menguatkan dan memperdalam pengenalan kita akan kasih Allah. 

Ketika Daud mengalami tantangan yang begitu berat, ia berharap dan sangat membutuhkan Tuhan, yang adalah sumber pertolongan yang menopang hidupnya (ayat 8-9). Kesadaran tentang hal inilah yang membuatnya merasa haus dan rindu untuk mencari Allah yang kepada-Nya jiwanya melekat (ayat 9).

Dalam pergumulan itu, Daud memandang Allah dan melihat kekuatan serta kemuliaan-Nya (3). Jiwanya bersukacita dan bersorak-sorai di dalam Tuhan. Lalu, Daud berkata, "Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi nama-Mu" (4-6).

Dalam kesusahan nya, Daud pada akhirnya sangat bersukacita sebab ia telah memperoleh pertolongan dari Tuhan (8). Ketika sendirian, ia tidak takut dan putus asa lagi. Sebab jiwanya melekat kepada Tuhan (9). Sebaliknya, orang yang mencintai kejahatan akan mati oleh pedang dan menjadi makanan anjing hutan (10, 11). Orang yang mencari Allah dan mengakui pertolongan-Nya akan bersukacita (12).

Pemazmur juga mengajarkan kepada kita bahwa Tuhan berkenan ditemui ketika orang merindukan-Nya. Tuhan tidak akan membiarkan umat-Nya merasa sepi. Penghiburan-Nya akan menguatkan dan menyelamatkan setiap orang yang dalam bahaya. Itu sebabnya Daud selalu merindukan Tuhan di sepanjang hidupnya, sekalipun ia menghadapi banyak persoalan. Ia tidak takut dan putus asa karena ia tahu Tuhan menyertainya dalam segala perkara.

Kalau saat ini kita merasa bahwa hidup ini begitu susah, perjalanan hidup kita begitu sulit, rindukanlah Tuhan, dan percayalah hati dan jiwamu akan tenang dan damai, sebab Allah selalu menolong dan memelihara hidup orang yang berlindung kepada_Nya. 


Kiranya kasih setia Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus memelihara dan menolong kita. Amin 🙏

Memperbaiki Kesalahan Doktrinal dengan Kasih Kristen yang Sejati


"Kasih amal tidak menutupi kesalahan, karena kesalahan adalah anak dosa, dan kasih amal adalah anak Tuhan." Catatan Charles P. Krauth yang visioner menyentuh tanggapan ambigu SELK terhadap penahbisan perempuan."




Charles Porterfield Krauth (1823–1883) adalah seorang pendeta, teolog, dan pendidik Lutheran Anglo-Amerika yang unik. Ia sangat prihatin dengan ketidakpedulian doktrinal (apatisme teologis), terutama pengaruh rasionalistik dan revivalistik yang memengaruhi kaum Lutheran pada masa itu, serta menguatnya ekumenisme di gereja-gereja Lutheran. Krauth teguh bahwa kesetiaan kepada Pengakuan Iman Lutheran dapat ditegakkan tanpa kompromi dalam konteks dan ekspresi Amerika.

Charles Porterfield Krauth

Reformasi Konservatif & Teologinya karya Krauth merupakan tambang emas terbaik yang dapat dibayangkan dalam hal mendapatkan wawasan tentang kelesuan yang melanda Lutheranisme Amerika abad ke-21, yang dalam banyak hal merupakan pengulangan kelesuan abad ke-19 yang dihadapinya. Memang, rasionalisme sangat jelas terlihat dalam manuver politik licik kaum Lutheran "pengakuan" Jerman seputar penahbisan perempuan .

Polemiknya menyenangkan sekaligus jenaka, pastoral, dan tajam, dan bahasa Inggrisnya memiliki kejelasan, keanggunan, dan keeleganan abadi.

"Kami tidak mengklaim bahwa para Pengaku Iman kami sempurna. Kami tidak mengatakan mereka tidak mungkin gagal. Kami hanya mengklaim bahwa mereka tidak gagal."

Sifat dan perkembangan kesalahan doktrinal

  • KETIKA KESALAHAN MENJADI BID'AH : Sebuah kesalahan doktrinal berubah menjadi bid'ah ketika "dipegang teguh dan dipertahankan sebagai kebenaran" ¹ . Para bid'ah "menolak untuk diajar; mereka mempertahankan kesalahan mereka sebagai kebenaran, dan melawan kebenaran yang diketahui, dan melawan hati nurani mereka sendiri". Namun, tidak ada bid'ah yang "tidak juga menegaskan suatu kebenaran." ²

  • KONSEKUENSI : Korupsi dalam doktrin merajalela ketika tidak dinyatakan dengan jelas. Rumusan yang ambigu tidak mendorong persatuan, tetapi justru menyebabkan keterasingan dan ketidakpercayaan yang mendalam. ³ Ketidakpastian doktrinal dapat menyebabkan gereja menjadi "rumah bagi orang-orang yang memiliki pendapat yang paling berlawanan" dan mengundang inovasi yang tidak diinginkan dan berbahaya. ⁴ Gereja yang "tidak memperjuangkan apa pun, entah telah kehilangan kebenaran, atau telah berhenti mencintainya" ⁵ . Krauth menggambarkan kesalahan sebagai "putri dosa" dan, yang sangat menarik, bahwa kesalahan memiliki "afinitas dengan roh penganiayaan." ⁶

  • TAHAPAN-TAHAP PERKEMBANGAN KESALAHAN DI GEREJA : Ketika kesalahan dibiarkan, biasanya kesalahan tersebut berkembang melalui tiga tahap ⁷

    1. Toleransi : Dimulai dengan meminta untuk dibiarkan sendiri, meyakinkan sebagian besar orang bahwa hal itu tidak akan mengganggu status quo.

    2. Hak yang Setara : Kemudian, ia menegaskan bahwa kebenaran dan kesalahan merupakan kekuatan yang saling menyeimbangkan, dan bahwa memutuskan di antara keduanya adalah "dosa keberpihakan". Ia mengklaim "fanatisme untuk menegaskan hak superior apa pun atas kebenaran" dan menganggap apa pun yang berbeda di antara mereka sebagai hal yang tidak esensial.

    3. Supremasi : Akhirnya, kesalahan mengklaim preferensi untuk penilaiannya sendiri, menempatkan individu pada posisi karena mereka menolak iman Gereja dan bahkan mendorong mereka untuk menentangnya.

…bahaya kemurtadan tidak berhubungan dengan kesetiaan terhadap Pengakuan Iman, tetapi dengan kurangnya kesetiaan.

The Conservative Reformation & Its Theology (ebook Edition)

Sumber dan penyebab kesalahan doktrinal

  1. Kekeliruan Manusia : Kebiasaan "setuju untuk berbeda" melalui rumusan yang ambigu merupakan produk paling nyata dari kekeliruan kita. Kebiasaan ini tidak menumbuhkan persatuan, melainkan menyebabkan "keterasingan yang lebih luas dan ketidakpercayaan yang mendalam". Kesalahan intelektual atau interpretatif ini dengan mudah merusak makna Kitab Suci yang jelas, membuat Pengakuan Iman dan Firman tampak kontradiktif, suatu karakteristik Rasionalisme, yang dianggap sebagai "Ketidaksetiaan sejak awal." ⁸

  2. Kelemahan Pribadi dan Kurangnya Perhatian : Sebagai sebuah “organisasi besar,” sistem Gereja rentan terhadap modifikasi oleh “kesengajaan beberapa orang, kelemahan pikiran orang lain, [dan] kekuatan pengaruh di sekitarnya.” ⁹

  3. Ambiguitas dan Keragu-raguan : "Keragu-raguan" dan "frasa-frasa yang cerdik serta penyembunyian yang cerdik" Melanchthon menyebabkan ambiguitas yang memperparah kontroversi, karena "secara praktis beroperasi seolah-olah makna terburuklah yang sebenarnya". ¹⁰

  4. Kripto-Calvinisme : Praktik penipuan yang dilakukan oleh individu yang menganut satu keyakinan, namun diam-diam mempromosikan atau mengabaikan doktrin sistem keyakinan lain. ¹¹

  5. Rasionalisme : Gerakan ini ditandai dengan upayanya untuk meninggikan akal budi manusia di atas otoritas ilahi. Gerakan ini "berpura-pura memegang Firman, tetapi merusak maknanya", yang memungkinkan individu menolak doktrin-doktrin inti sambil tetap mengklaim diri sebagai Lutheran. ¹² Gerakan ini juga memupuk gagasan berbahaya bahwa "kesalahan praktis sama baiknya dengan kebenaran, jika seseorang sungguh-sungguh meyakininya sebagai kebenaran". ¹³

  6. Antinomianisme Keras dan Lunak : Dicirikan sebagai "Pelagianisme Injil". ¹⁴ Frasa ini menarik karena Pelagianisme biasanya menekankan upaya manusia untuk keselamatan, sementara antinomianisme meminimalkan perlunya perbuatan baik. Namun, Porterfield menunjukkan bahwa antinomianisme adalah turunan Pelagianisme karena sering kali memberikan rasa aman yang palsu , sehingga disebut "Pelagianisme Injil", dengan menyiratkan bahwa iman saja, tanpa perbuatan baik, sudah cukup untuk keselamatan.

Di mana pun Hukum Taurat dihina, diremehkan, dan dirusak, Injil pun tak dapat dipertahankan. Kapan pun Hukum Taurat diserang, bahkan jika ini dilakukan atas nama Injil, Injil, pada kenyataannya, lebih terpukul daripada yang pertama. Kepompong antinomianisme selalu meledak menjadi antiinjilisme. Friedrich Bente.

Tiga Paralel
Pengalihan metaforis gagasan penyakit dan kesalahan untuk mengekspresikan kondisi moral begitu jelas, sehingga kita menemukannya dalam semua bahasa budaya. Cicero berkata,

Memerangi kesalahan doktrinal

  1. Firman Tuhan sebagai Satu-satunya Aturan Iman : Hal ini begitu jelas sehingga hampir terasa konyol untuk disebutkan, namun kita memiliki banyak contoh, seperti Teologi Valparaiso , di mana Alkitab diabaikan atau dilunakkan. Krauth tegas: semua doktrin dan guru harus dinilai hanya berdasarkan tulisan para nabi dan rasul.

  2. Pengakuan Iman sebagai Kesaksian dan Standar : Pengakuan Iman Lutheran bukanlah aturan iman, melainkan "murni menyatakan iman itu". Pengakuan Iman berfungsi sebagai "pernyataan iman yang eksplisit", "tembok pertahanan terhadap Romanisme", dan sarana untuk "menyatakan imannya dengan jelas" guna mencegah kesalahan penafsiran. ¹⁵

  3. Bahasa yang Jelas dan Tidak Ambigu : Gereja Lutheran bertujuan agar doktrin diungkapkan dalam "satu pengertian saja" untuk mencegah kesalahpahaman dan kebingungan. Ambiguitas ditolak sebagai cara untuk mencapai atau mempertahankan kesatuan . ¹⁶

  4. Argumentasi Logis : Bid'ah harus dihadapi "dengan Kitab Suci, bukan dengan api". ¹⁷ Ini membutuhkan argumen yang tenang dan bantahan terhadap kesalahan melalui kajian teologis dan debat yang beralasan, bukan penganiayaan. Kami akan menulis di masa mendatang tentang Missouri dan kecenderungan permusuhan AALC untuk mengejek dan meremehkan denominasi lain sementara gereja kami sendiri berada dalam kondisi yang memprihatinkan.

  5. Disiplin Gereja : Gereja memiliki hak dan kewajiban untuk membela diri terhadap penyalahgunaan penilaian pribadi dengan "menyatakan kebenaran dalam Pengakuannya, dengan setia membantah ajaran sesat, dengan peringatan pribadi kepada mereka yang sesat, dan, akhirnya, dengan menolak mereka dari persekutuannya". ¹⁸ Namun, penolakan ini bukanlah penganiayaan atau ketidaksenangan.

  6. Gembala dan Pengajar Gereja : Para pelayan bertanggung jawab untuk "menegur dan mengajar dengan bijaksana dari Firman Tuhan mereka yang menyimpang dari kebenaran karena kepolosan atau ketidaktahuan". Mereka harus "cerdas dalam mengajar," dan menghadapi "orang-orang yang tidak tertib dan sombong serta penipu". ¹⁹ Para gembala diharapkan menunjukkan "kemurnian dalam doktrin", yang sejalan dengan komitmen Gereja secara keseluruhan untuk "menjaga pemerintahan yang sehat" dan doktrin tanpa kompromi. ²⁰

  7. Tidak Ada Kompromi atas Kebenaran : Kompromi sejati "hanya dapat mengorbankan preferensi demi mengamankan prinsip," ²¹ bukan sebaliknya. Gereja berkomitmen pada "kesetiaan yang teguh pada apa yang diyakininya sebagai kebenaran Allah". Perintah bagi kita adalah untuk tidak pernah lupa bahwa "kebenaran dan kebaikan harus ditegakkan dengan harga berapa pun. Keduanya tak ternilai harganya. Kita tidak berani menghitung biayanya." ²² Ketika Gereja Lutheran meletakkan tangannya di atas Alkitab, ia memberikan perintah, 'Percayalah!' dan ketika ia meletakkannya pada pengakuan dosa, ia bertanya, 'Apakah Anda percaya?'. Jika seseorang menjawab "Tidak" untuk yang terakhir, ia menganggap mereka tidak menaati perintah tersebut, percaya "dengan teguh bahwa ia memiliki kebenaran" ²³

Tak ada satu pasal pun dalam kredo kita yang tidak menyinggung perasaan seseorang; hampir tak ada satu pasal pun yang tidak menjadi batu sandungan bagi sebagian orang yang masih mengaku Kristen. Mustahil menemukan tempat untuk berhenti, ketika konsesi sudah dimulai. Dan alasannya jelas; prinsipnya salah, dan menggantikan prinsip yang benar. Yang satu manusiawi, yang lain ilahi; pendapat dan sentimen manusiawi digantikan sebagai aturan dan pedoman bagi Firman Tuhan dan iman yang menerimanya sebagai otoritas absolut. – Matthias Loy, Kisah Hidupku .

Krauth mengingatkan kita bahwa berkompromi dengan gereja dan menenangkan politisi gereja bukanlah hal baru. Sederhananya, gerbang neraka memang menang melawan gereja yang militan ketika kesetiaan doktrinal dianggap terlalu sulit untuk ditegakkan dan terlalu memecah belah untuk dikelola . Namun, umat Kristen, khususnya para pendeta, dipanggil untuk menghadapi kesalahan dengan akurasi Alkitab, kejelasan pengakuan dosa, dan rahmat pastoral—alih-alih dengan paksaan, ketidakpedulian, atau kompromi. Krauth menunjukkan jalan menuju persatuan sejati, di mana Gereja melindungi fondasinya tanpa kehilangan kasih kepada mereka yang keliru dalam ketidaktahuan yang tulus. Bagi mereka yang keliru dalam menentang Kitab Suci, mereka harus dikonfrontasi seolah-olah nyawa anak-anak Anda sedang dipertaruhkan.

Ketika Lutheranisme Amerika bergulat dengan gema penyakit abad ke-19 dan penyakit-penyakit kuno lainnya, mulai dari pengakuan iman yang diencerkan hingga praktik-praktik inovatif yang mengikis kebenaran inti , kebijaksanaan Krauth mendesak kita: "Bahaya kemurtadan tidak terkait dengan kesetiaan pada Pengakuan Iman, tetapi dengan kurangnya kesetiaan." Gereja yang mencintai kebenaran doktrin murni akan memperjuangkannya. Gereja yang acuh tak acuh terhadapnya, atau membencinya, tidak akan melakukannya. 

Gereja kita mengakui “bahwa di antara mereka yang berada di atas fondasi yang benar, ada banyak orang lemah, yang membangun di atas fondasi jerami yang hampir binasa, yaitu gagasan dan pendapat manusia yang kosong, namun karena mereka tidak meruntuhkan fondasi tersebut, mereka tetap orang Kristen, dan kesalahan mereka dapat diampuni, atau bahkan diperbaiki .” “Sebuah kesalahan,” kata Luther, ''betapa pun besarnya, keduanya tidak dapat disebut bidah, juga bukan bidah, kecuali jika dipegang dan dipertahankan dengan keras kepala sebagai hal yang benar.” Kesalahan tidak menjadikan orang sesat; tetapi kesalahan yang dipertahankan dan dilindungi dengan keras kepala, yang menjadikannya bidah. ”

Charles Porterfield Krauth, The Conservative Reformation and Its Theology (Philadelphia: JB Lippincott & Co., 1871 dan 1899), 142. Versi PDF yang digunakan untuk artikel ini tersedia di LutheranLibrary.org (terima kasih atas jerih payahmu demi Kerajaan Kristus )

2

"Tidak pernah ada ajaran sesat yang tidak menegaskan suatu kebenaran. Oleh karena itu, kita tidak boleh mengingkari kebenaran (yang terkandung di dalamnya) karena kepalsuan (yang bercampur dengannya). "Kaum bidah tidak hanya keliru, tetapi juga menolak untuk diajar; mereka membela kesalahan mereka sebagai kebenaran, dan melawan kebenaran yang diketahui, dan melawan hati nurani mereka sendiri, dan secara sadar mereka tetap berada dalam kesalahan mereka." Ibid. 142-143.

3

Ibid., 290.

4

Gereja Inggris memiliki dua elemen besar; tetapi keduanya tidak sepenuhnya terpelihara dalam karakter khasnya, melainkan, sampai batas tertentu, tercampur aduk dalam kesatuannya. Dengan keseragaman yang lebih tinggi daripada badan Protestan besar lainnya, kesatuannya lebih rendah daripada badan mana pun. Sebagian karena ketidakpastian doktrinalnya, Gereja Inggris telah menjadi rumah bagi orang-orang dengan pendapat yang paling berlawanan: tidak ada Calvinisme yang lebih intens, tidak ada Arminianisme yang lebih rendah, daripada Calvinisme dan Arminianisme yang telah ditemukan di Gereja Inggris. Ibid. x

5

“[Gereja Lutheran] telah memperjuangkan kebenaran agung dengan pengorbanan besar, dan dalam setiap konflik yang melibatkannya, kebenaran pada akhirnya menang. Gereja yang tidak memperjuangkan apa pun, berarti telah kehilangan kebenaran, atau telah berhenti mencintainya. Peperangan memang menyakitkan, tetapi mereka yang kesalahannya menciptakan kebutuhan akan peperangan bertanggung jawab atas semua kesengsaraannya.” Ibid., 147.

6

Ibid. 173.

7

Ibid. 195.

8

Ibid. hal. 185-186.

9

"Tidak ada organisasi besar yang bergerak begitu absolut di sepanjang garis satu kecenderungan sehingga tidak ada hal di dalamnya yang melampaui kecenderungan tersebut, atau yang bertentangan dengannya. Kesengajaan beberapa orang, kelemahan pikiran orang lain, kekuatan pengaruh di sekitarnya, mengubah semua sistem dalam cara kerjanya." Ibid. xii Krauth adalah orang-orang awal yang berpendapat bahwa "Tujuan suatu sistem adalah apa yang dilakukannya ( POSIWID )"!

10

Ibid. hal. 291.

11

Ibid. hal. 296.
Sejarah Pengakuan Iman yang Diubah menunjukkan bahwa hal itu tidak hanya tidak mendatangkan keuntungan bagi kedamaian Gereja, tetapi malah menimbulkan gangguan yang lebih parah lagi, ketika upaya dilakukan untuk menyelaraskan manusia melalui kesepakatan dalam ungkapan yang ambigu , ( persis seperti yang dilakukan SELK dalam menangani penahbisan perempuan , dan yang dilakukan LCMS ketika mengabaikannya) penerapan istilah-istilah yang harus diterima dalam satu pengertian oleh satu kelompok manusia, dan dalam pengertian lain oleh kelompok lain. Ibid. 248.

12

Inilah karya kaum Rasionalis—berpura-pura memegang Firman, tetapi merusak maknanya, sehingga Pengakuan Iman dan Firman itu tampaknya tak lagi selaras. Kerusakan itu tampaknya tak tersembuhkan, tetapi Tuhan tidak meninggalkan karya-Nya sendiri. Kejahatan itu mendatangkan obatnya sendiri. Kerusakan itu terus berlanjut hingga ditemukan bahwa gagasan manusia menyebut diri mereka dengan nama Gereja, namun mengklaim hak untuk menyerang doktrin-doktrinnya, adalah gagasan Ketidakpercayaan sejak awal—itu adalah Belial yang diizinkan berlindung di balik jubah Kristus. Ibid. 198.

13

Obat yang salah tidak akan menyembuhkan morbus, betapapun tulusnya dokter yang salah arah dalam merekomendasikannya, dan betapapun pasien yang tertipu dalam menggunakannya. Adalah impian Rasionalisme yang dekat dengan Deisme, bahwa kesalahan praktis sama baiknya dengan kebenaran, jika seseorang sungguh-sungguh meyakininya sebagai kebenaran; bahwa Anda dapat mengganti garam dengan arsenik dengan aman, jika Anda meyakininya sebagai garam. Kerajaan alam dan kerajaan kasih karunia keduanya berada di bawah hukum. Segala sesuatu akan dilakukan menurut ketetapan Tuhan, atau tidak akan dilakukan sama sekali. Ibid. 396.

14

“…Injil mengandaikan Hukum Taurat dan menjadi tidak berarti tanpanya. Di mana pun Hukum Taurat dihina, diremehkan, dan dirusak, Injil pun tidak dapat dipertahankan. Setiap kali Hukum Taurat diserang, bahkan jika ini dilakukan atas nama Injil, Injil, pada kenyataannya, lebih terpukul daripada yang pertama. Kepompong antinomianisme selalu meledak menjadi antiinjilisme.” Kontroversi Antinomis , oleh Friedrich Bente.

15

Maka, inilah ringkasan hasil yang kita capai: Dasar Gereja Lutheran Injili adalah Firman Tuhan, sebagai Aturan Iman yang sempurna dan mutlak, dan karena inilah dasarnya, ia tentu bersandar pada iman yang Firman itu menjadi Aturannya, dan oleh karena itu pada Pengakuan Iman yang murni menyatakan iman itu. Ia memiliki aturan yang benar, ia mencapai hasil yang benar melalui aturan itu, dan mengakuinya dengan benar . Pengakuan Iman inilah yang menjadi dasar langsungnya, karakteristik hakikinya, yang menjadi dasar berdiri atau jatuhnya ia. Krauth, op. cit. 179.

16

Ibid. x

17

"Betapa mudahnya berbuat salah! Marilah kita menangkal mereka dengan Kitab Suci, bukan dengan api." Ibid. 143.

18

Hak atas penilaian pribadi dan hak atas disiplin Gereja merupakan hak yang selaras dan harmonis, yang esensial untuk mencegah penyalahgunaan satu sama lain. Menjunjung salah satu dengan cerdas berarti menjunjung keduanya. Oleh karena itu, sebagai umat Protestan, dalam menegakkan hak dan kewajiban manusia, dalam menjalankan penilaian pribadi, untuk membentuk keyakinan mereka sendiri, tanpa terkekang oleh sanksi perdata di Negara, atau oleh kuasa inkuisitorial di Gereja, kita juga menjunjung hak dan kewajiban Gereja untuk melindungi dirinya dari kerusakan doktrin dengan mengemukakan kebenaran dalam Pengakuannya, dengan setia menentang ajaran sesat, dengan peringatan pribadi kepada mereka yang sesat, dan, akhirnya, bersama mereka yang keras kepala, dengan menolak mereka dari persekutuannya, hingga, melalui rahmat, mereka dituntun untuk melihat dan meninggalkan kepalsuan, yang untuknya mereka mengaku sebagai kebenaran. Iman Gereja, yang diambil dari aturan melalui penerapan penilaian pribadi yang adil, yang diterangi oleh Roh Kudus, telah diuji dan dikembangkan dalam tiga cara: Pertama, oleh sains; selanjutnya, oleh sejarah; dan ketiga, dalam kehidupan praktis Gereja.” Ibid. 175-176.

19

“Namun, dalam Kata Pengantar buku yang di dalamnya Formula itu diwujudkan, para Pemilih, Pangeran, dan Ordo para Pangeran Kekaisaran dengan demikian menyatakan diri mereka: “Ini sama sekali bukan keinginan dan niat kami, dalam mengutuk doktrin-doktrin yang salah dan tidak saleh, untuk mengutuk mereka yang salah dari kesederhanaan, dan yang tidak menghujat kebenaran Firman Tuhan. Lebih sedikit lagi kami ingin mengutuk seluruh gereja baik di dalam batas-batas Kekaisaran Jerman atau di luarnya, . . . karena kami tidak memiliki keraguan apa pun (ganz und gar keinen zweifel machen) bahwa banyak orang saleh dan baik dapat ditemukan di gereja-gereja itu juga, yang sampai saat ini belum berpikir dalam semua hal dengan kami; Orang-orang yang berjalan dalam kesederhanaan hati mereka, tidak memahami dengan jelas poin-poin yang terlibat,...dan yang, diharapkan, jika mereka diajar dengan benar dalam doktrin tersebut, melalui bimbingan Roh Kudus, ke dalam kebenaran Firman Tuhan yang tidak salah, akan setuju dengan kami.... Dan semua teolog dan pelayan Gereja memiliki tugas yang secara khusus wajib untuk menasihati, dan mengajar dari Firman Tuhan dengan moderasi mereka yang menyimpang dari kebenaran karena kesederhanaan atau ketidaktahuan, agar jangan sampai orang buta menuntun orang buta, keduanya binasa.” Ibid. 144-145

20

Ibid 178.

21

Ibid. xi

22

Ibid., hal. 21.

23

“Dengan keyakinan teguh bahwa Gereja memiliki kebenaran, dan bahwa kesaksiannya terhadap kebenaran ini tertuang dalam kredo-kredonya, Gereja dibedakan di antara gereja-gereja Protestan karena kesetiaannya terhadap Pengakuannya.” ibid 128.

theologi Lutheran

Acara Ibadah pemuda/i lutheran minggu XX setelah Trinitatis

  ACARA IBADAH REMAJA & PEMUDA/I GKLI Sabtu, 01 November 2025 1.       Bernyanyi dari Kidung Jemaat No. 15 : 1 – 3 (...

what about theologi luther ?