Selamat pagi. 
Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa kita menyertai kamu sekalian. 
Firman Tuhan untuk kita. 
Mazmur 50 : 7
"Dengarlah, hai umat-Ku, Aku hendak berfirman, hai Israel, Aku hendak bersaksi terhadap kamu: Akulah Allah, Allahmu!
Mazmur 50 : 14
Persembahkanlah syukur sebagai korban kepada Allah dan bayarlah nazarmu kepada Yang Mahatinggi!
Mazmur 50 : 15
Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku."
Mazmur 50 : 16
Tetapi kepada orang fasik Allah berfirman: "Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu,
Mazmur 50 : 23
Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku; siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya."
Saudara saudari, sesungguhnya Allah telah mengatur bumi dan segenap isinya demi kebaikan. Kehadiran-Nya menggentarkan, sebab Ia kudus, tiada duanya, dibandingkan raja yang paling berkuasa sekali pun (ayat 3). Daya cipta-Nya sungguh nyata, oleh kemuliaan-Nya sebab segala sesuatu dijadikan dari tidak ada menjadi ada. Kedahsyatan Allah, tak mungkin dilukiskan dengan kata-kata, sebab tak seorang pun sanggup menatap Allah dalam hakikat diri-Nya. Maka respons kita hanyalah gentar, takjub, dan sembah.
Dalam hal ini dapat kita lihat bahwa Pemazmur menekankan persembahan syukur bukan bakaran. Mengapa? Karena Allah sendiri mengatakan bahwa Ia tidak membutuhkan segala macam korban persembahan sebab Ia adalah pemilik seluruh alam semesta (ayat 7-14). 
Apakah yang akan manusia persembahkan? Sebab sesungguhnya segala sesuatu adalah milik Allah. Karena itu persembahan syukur merupakan bentuk ritual keagamaan yang paling tepat untuk dipersembahkan kepada Allah. Sebab melaluinya pengakuan bahwa apa pun yang dimiliki manusia adalah anugerah Allah sebab Ia pemilik dari semua yang ada (ayat 14-15). Namun bersyukur dengan tulus sebenarnya tidak mudah dilakukan. Penyebabnya adalah tingginya tingkat kemandirian manusia yang disebabkan karena kemajuan ilmu dan teknologi. Untuk mengurangi tingginya tingkat kemandirian itu dan meninggikan persembahan syukur kepada Allah, manusia harus mempunyai pengenalan yang benar akan Allah yaitu bahwa Allah adalah :
1. Penguasa seluruh alam semesta (ayat 1),
2. Ia  adalah Allah yang tak terhampiri dalam kemuliaan-Nya (ayat 2)
3. Dia adalah Allah yang terlibat dalam sejarah manusia (ayat 3), 
4. Allah adalah hakim yang adil yang akan mengadili siapa pun termasuk umat-Nya (ayat 4). 
Oleh karena itu, tidak ada korban lain yang Allah minta kecuali korban syukur (ayat 14). Hal ini lebih penting daripada korban binatang. Korban syukur adalah respons umat terhadap kebaikan Allah. Korban syukur itu harus diwujudkan melalui sikap hidup sehari-hari. Allah dengan keras mengecam kehidupan orang Israel secara khusus para hamba-Nya yang selalu giat menyelidiki firman-Nya dan berbicara tentang perjanjian-Nya tetapi membenci teguran dan mengesampingkan firman TUHAN (ayat 16-17). Bahkan lebih serius lagi mereka berkawan dengan pencuri dan orang berzinah artinya para rohaniwan itu sudah melebur dengan orang-orang yang melakukan perbuatan yang dibenci Allah (ayat 18-20). Itu sebabnya Allah menggolongkan mereka sama dengan orang kafir yang tidak mengenal Allah. 
Tuhan memerintahkan umat untuk mempersembahkan kurban bakaran, tetapi semua itu bukanlah untuk memuaskan diri-Nya. Sejatinya, kurban bakaran merupakan tanda perjanjian yang membedakan umat-Nya dengan bangsa-bangsa lainnya. Jadi pemberian kurban menandakan relasi yang dekat antara Tuhan dengan umat-Nya (5, 14-15).
Tuhan tidak mau umat-Nya terus menjalankan ibadah tetapi tetap hidup dalam kefasikan. Allah yang mengasihi juga adalah Allah yang mau beperkara dengan umat-Nya yang memilih jalan kefasikan (7, 16-22). Sebab Allah rindu supaya umat-Nya memuliakan Dia dengan kurban yang diberikan sebagai ucapan syukur, bukan sogokan. Kurban tidak dapat membeli keselamatan, tetapi bagi orang yang mau hidup benar, Tuhan akan membukakan jalan keselamatan kepadanya.
Firman ini menegaskan bahwa Allah menuntut umat-Nya untuk hidup serasi dengan kegiatan ibadah. Memang terlalu mudah orang untuk berlaku munafik seperti yang ditegur Tuhan dalam mazmur ini, sehingga berbagai kegiatan kerohanian menjadi tidak murni. Bisa saja hal-hal itu adalah untuk menipu hati nurani sendiri, atau menipu orang lain. Namun Allah tidak akan pernah dapat ditipu. Allah akan menghukum orang orang yang meski beribadah namun tetap saja melanggar perintah-Nya dan hidup tidak beda dengan orang kafir (ayat 22-23). 
Maka, Marilah kita introspeksi diri, apakah kita termasuk umat yang setia atau tidak setia? 
Jika kita termasuk setia, mari pertahankan kesetiaan kita. Jika termasuk umat yang tidak setia, cepat bertobat, jangan sampai Allah murka terhadap kita. 
sebagai umat yang dikasihi, mari kita belajar hidup sesuai dengan kerinduan-Nya, yakni dengan ucapan syukur yang tulus dan cara hidup yang benar.
Kiranya kasih setia Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus memelihara dan menolong kita semua. Amin 🙏