Kiranya Damai Sejahtera Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus memelihara kamu sekalian.... Amin
Sabtu, 20 September 2025
Menjadi pendoa dan Hidup di dalam Doa yang benar
LUKAS 16 : 1 - 15 - Khotbah Minggu XIV Setelah Trinitatis
LUKAS 16 : 1 - 15
Khotbah Minggu XIV Setelah Trinitatis
LUKAS 16 : 1 - 15
Perumpamaan ini adalah yang paling aneh dalam seluruh ajaran Yesus. Bukan tentang domba yang hilang, dirham, atau anak yang pulang untuk pesta perjamuan. Bukan tentang orang Samaria yang murah hati yang membantu mereka yang menderita di pinggir jalan. Bukan tentang benih yang tumbuh dan menghasilkan buah 30, 60, atau 100 kali lipat. Tidak. Di sini kita melihat seorang pria yang dipecat, mengabaikan bos yang memecatnya, lalu dipuji atas semua itu? Dan Yesus berkata, "Orang itu tahu apa yang ia lakukan!" Apakah itu?
Ini mungkin terasa seperti salah satu hari Minggu di mana anda berharap anda memulai seri tentang bagian- bagian dari Timotius minggu lalu. Tapi jangan takut, para pengkotbah yang terkasih!. Teks yang paling sulit pun menghasilkan beberapa khotbah yang terhebat. Khotbah ini akan membutuhkan sedikit usaha dari mimbar tetapi melibatkan jemaat di balik layar saat Anda mempelajari teks tersebut. Saya sarankan untuk menyampaikan perumpamaan ini ayat demi ayat (atau bagian demi bagian) saat Anda merenungkan teladan iman yang luar biasa yang diberikan oleh sabda Yesus kepada kita di minggu ini.
Sebenarnya, saya akan memulai khotbah dengan mengatakan kepada jemaat
"Perumpamaan hari ini mungkin terdengar aneh. Karena memang aneh. Namun, di hadapan kita, kita memiliki gambaran yang luar biasa tentang seperti apa iman kepada belas kasihan Allah, dan bagaimana rasanya memiliki Allah yang penuh belas kasihan. Karena, di sini kita memiliki kisah tentang seorang pria yang tahu apa artinya mengandalkan belas kasihan."
Kemudian, undanglah jemaat untuk bergabung dengan Anda saat Anda memperlambat langkah dan menelusuri kisah Yesus.
Dengan ini sebagai titik awal, khotbahnya akan tampak seperti ini:
16:1-2: "Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya. Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungawaban atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara.
Jadi, kita memulai dengan rasa bersalah, dosa, dan penghakiman inilah seorang pria yang telah berdosa terhadap tuannya. Kita membaca tentang seorang pemilik tanah, sang Tuan, di mana agen yang dipercayainya tidak melakukan tugasnya. Ia, seperti anak yang hilang itu, menghambur-hamburkan apa yang diberikan kepadanya. Maka, sang Tuan memecatnya. Yang menarik untuk dicatat di sini adalah, meskipun orang itu dihakimi dan dihukum, ia tidak mendapatkan hukuman penuh yang pantas diterimanya. Ia TIDAK dijebloskan ke penjara atau diberi hukuman fisik apa pun, yang seharusnya diterima pada masa itu. Ia hanya dibebaskan karena tidak melakukan tugasnya, sebaliknya ia diberi belas kasihan.
Terlepas dari itu, Anda diperhadapkan dengan seorang orang berdosa yang diadili dan tampak bahwa tidak ada harapan baginya. Jadi, apa yang ia lakukan?
16:3-7 "Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka.
Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan.
Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul.
Orang itu menyadari bahwa ia tidak dalam kondisi yang baik untuk mendapatkan pekerjaan menggarap tanah dan ia terlalu sombong dan malu untuk mengemis. Ia akan segera membutuhkan tempat tinggal, jadi apa yang ia lakukan? Nah, tampaknya sebelum tersiar kabar bahwa ia telah dipecat, ia memanggil orang-orang yang berutang kepada Tuan itu. Kemudian memotong utang mereka secara signifikan dengan membuat surat hutang yang baru. Memotong seratus takaran minyak menjadi setengahnya sama saja dengan memotong utang tiga tahun menjadi setengahnya. Dan, memotong utang gandum juga merupakan pengurangan utang yang sangat besar. Dia membantu para debitur (orang yang berhutang) ini. Dia menunjukkan belas kasihan kepada mereka, dan dia melakukannya atas nama Sang Tuan.
Dia menunjukkan belas kasihan kepada mereka, dan dia melakukannya atas nama Sang Tuan.
Perhatikanlah bagaimana bendahara itu bertindak cepat. Jika kabar beredar bahwa ia sudah dipecat, tidak akan ada seorang pun dari para debitur itu yang mau membayar kepadanya. Namun ia menampilkan dirinya sebagai penagih utang Tuannya, dan atas nama Tuannya mengurangi utang mereka. Ini akan menghasilkan beberapa hal. Pertama, ketika kabar tersebar bahwa ia dipecat, orang-orang ini akan menyambutnya, mengingat betapa ia telah banyak membantu mereka. Namun, dengan melakukan ini, ia juga membuat Tuannya tampak sangat murah hati dan penyayang. Para debitur tentu akan lebih mengasihi Tuan karena kemurahan hatinya. Tetapi, Anda mungkin bertanya, ketika mereka mengetahui kebenarannya, tidakkah mereka akan menganggap Tuan itu bodoh dan dicurangi? Nah, inilah kuncinya, si bendahara bersandar pada fakta bahwa Sang Tuan akan menyetujuinya. Ia percaya bahwa Tuannya akan menunjukkan belas kasihan, bersikap baik, dan, pada akhirnya, bersikap murah hati baik kepada para debitur maupun kepada dirinya sendiri.
Benar saja, tindakan iman ini terbukti benar! Kita dikejutkan oleh tindakan si bendahara ini. Sungguhkah ia telah melakukan itu? Apa yang akan dilakukan Sang Tuan kepadanya sekarang? Tindakan-tindakan yang bersandar pada belas kasihan ini sungguh menakjubkan, tetapi tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan tindakan belas kasihan yang sesungguhnya itu sendiri!
16:8-9: "Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang. Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.”
Perhatikan, ia tidak dipuji karena ketidakjujurannya, melainkan karena kecerdikannya. Ia adalah orang yang bersalah di dunia yang berdosa, tetapi ia tahu bahwa ia memiliki Tuan yang penuh belas kasihan. Maka, dengan menggunakan cara-cara yang tidak benar (satu-satunya pilihan yang ia miliki), ia bertindak, percaya bahwa ia akan menerima belas kasihan seperti yang ia terima di masa lalu. Dan ia benar!
Tapi tunggu dulu, masih ada lagi di sini. Yesus memanggil kita untuk meniru bendahara yang cerdik ini, tetapi bukan karena perbuatannya yang tidak benar. Sebaliknya, ketika Yesus berkata, "Anak-anak dunia ini lebih cerdik dalam berurusan dengan generasi mereka sendiri daripada anak-anak terang," itu seolah-olah Ia berkata, "Jika anak-anak dunia ini tahu bagaimana bersikap bijaksana dalam hal-hal dengan melanggar aturan dan bermain-main, betapa lebih lagi kamu, yang menjadi milik-Ku dan mengenal belas kasihan Allah, harus hidup mengandalkan belas kasihan Allah?"
Perhatikan apa yang dilakukan oleh bendahara dalam perumpamaan itu. Dengan memercayai Sang Tuan untuk menunjukkan belas kasihan, ia menunjukkan belas kasihan dalam nama Sang Tuan. Jika ia melakukan ini dengan cara yang tidak benar, betapa lebih lagi seharusnya Anda dan saya dan semua murid Kristus melakukannya dengan cara yang benar. Ingatlah di mana Yesus berada ketika Ia mengajarkan hal ini. Ia dituduh oleh orang-orang Farisi sebagai orang yang tidak benar, makan bersama pemungut cukai dan orang berdosa, mereka yang telah berdosa begitu banyak sehingga utang mereka di hadapan Allah tak terbayar. Dan di sinilah Yesus, Sang Bendahara yang adil, muncul atas nama Bapa-Nya, Tuan atas seluruh ciptaan, bukan hanya untuk membatalkan sebagian utang mereka, tetapi juga untuk membayar semuanya bagi mereka!
(Pdt. Bob Hiller, Craft of Preaching, terjemahan/adaptasi: Pdt. Eben Ezer Aruan).
Rabu, 17 September 2025
𝙏𝙪𝙝𝙖𝙣 𝘼𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙎𝙪𝙢𝙗𝙚𝙧 𝙋𝙚𝙧𝙩𝙤𝙡𝙤𝙣𝙜𝙖𝙣𝙠𝙪
Memperbaiki Kesalahan Doktrinal dengan Kasih Kristen yang Sejati
Reformasi Konservatif & Teologinya karya Krauth merupakan tambang emas terbaik yang dapat dibayangkan dalam hal mendapatkan wawasan tentang kelesuan yang melanda Lutheranisme Amerika abad ke-21, yang dalam banyak hal merupakan pengulangan kelesuan abad ke-19 yang dihadapinya. Memang, rasionalisme sangat jelas terlihat dalam manuver politik licik kaum Lutheran "pengakuan" Jerman seputar penahbisan perempuan .
Polemiknya menyenangkan sekaligus jenaka, pastoral, dan tajam, dan bahasa Inggrisnya memiliki kejelasan, keanggunan, dan keeleganan abadi.
"Kami tidak mengklaim bahwa para Pengaku Iman kami sempurna. Kami tidak mengatakan mereka tidak mungkin gagal. Kami hanya mengklaim bahwa mereka tidak gagal."
Sifat dan perkembangan kesalahan doktrinal
KETIKA KESALAHAN MENJADI BID'AH : Sebuah kesalahan doktrinal berubah menjadi bid'ah ketika "dipegang teguh dan dipertahankan sebagai kebenaran" ¹ . Para bid'ah "menolak untuk diajar; mereka mempertahankan kesalahan mereka sebagai kebenaran, dan melawan kebenaran yang diketahui, dan melawan hati nurani mereka sendiri". Namun, tidak ada bid'ah yang "tidak juga menegaskan suatu kebenaran." ²
KONSEKUENSI : Korupsi dalam doktrin merajalela ketika tidak dinyatakan dengan jelas. Rumusan yang ambigu tidak mendorong persatuan, tetapi justru menyebabkan keterasingan dan ketidakpercayaan yang mendalam. ³ Ketidakpastian doktrinal dapat menyebabkan gereja menjadi "rumah bagi orang-orang yang memiliki pendapat yang paling berlawanan" dan mengundang inovasi yang tidak diinginkan dan berbahaya. ⁴ Gereja yang "tidak memperjuangkan apa pun, entah telah kehilangan kebenaran, atau telah berhenti mencintainya" ⁵ . Krauth menggambarkan kesalahan sebagai "putri dosa" dan, yang sangat menarik, bahwa kesalahan memiliki "afinitas dengan roh penganiayaan." ⁶
TAHAPAN-TAHAP PERKEMBANGAN KESALAHAN DI GEREJA : Ketika kesalahan dibiarkan, biasanya terjadi melalui tiga tahap ⁷
Toleransi : Dimulai dengan meminta untuk dibiarkan sendiri, meyakinkan sebagian besar orang bahwa hal itu tidak akan mengganggu status quo.
Hak yang Setara : Kemudian, ia menegaskan bahwa kebenaran dan kesalahan merupakan kekuatan yang saling menyeimbangkan, dan bahwa memutuskan di antara keduanya adalah "dosa keberpihakan". Ia mengklaim "fanatisme untuk menegaskan hak superior apa pun atas kebenaran" dan menganggap apa pun yang berbeda di antara mereka sebagai hal yang tidak esensial.
Supremasi : Akhirnya, kesalahan mengklaim preferensi untuk penilaiannya sendiri, menempatkan individu pada posisi karena mereka menolak iman Gereja dan bahkan mendorong mereka untuk menentangnya.
…bahaya kemurtadan tidak berhubungan dengan kesetiaan terhadap Pengakuan Iman, tetapi dengan kurangnya kesetiaan.
Sumber dan penyebab kesalahan doktrinal
Kekeliruan Manusia : Kebiasaan "setuju untuk berbeda" melalui rumusan yang ambigu merupakan produk paling nyata dari kekeliruan kita. Kebiasaan ini tidak menumbuhkan persatuan, melainkan menyebabkan "keterasingan yang lebih luas dan ketidakpercayaan yang mendalam". Kesalahan intelektual atau interpretatif ini dengan mudah merusak makna Kitab Suci yang jelas, membuat Pengakuan Iman dan Firman tampak kontradiktif, suatu karakteristik Rasionalisme, yang dianggap sebagai "Ketidaksetiaan sejak awal." ⁸
Kelemahan Pribadi dan Kurangnya Perhatian : Sebagai sebuah “organisasi besar,” sistem Gereja rentan terhadap modifikasi oleh “kesengajaan beberapa orang, kelemahan pikiran orang lain, [dan] kekuatan pengaruh di sekitarnya.” ⁹
Ambiguitas dan Keragu-raguan : "Keragu-raguan" dan "frasa-frasa yang cerdik serta penyembunyian yang cerdik" Melanchthon menyebabkan ambiguitas yang memperparah kontroversi, karena "secara praktis beroperasi seolah-olah makna terburuklah yang sebenarnya". ¹⁰
Kripto-Calvinisme : Praktik penipuan yang dilakukan oleh individu yang menganut satu keyakinan, namun diam-diam mempromosikan atau mengabaikan doktrin sistem keyakinan lain. ¹¹
Rasionalisme : Gerakan ini ditandai dengan upayanya untuk meninggikan akal budi manusia di atas otoritas ilahi. Gerakan ini "berpura-pura memegang Firman, tetapi merusak maknanya", yang memungkinkan individu menolak doktrin-doktrin inti sambil tetap mengklaim diri sebagai Lutheran. ¹² Gerakan ini juga memupuk gagasan berbahaya bahwa "kesalahan praktis sama baiknya dengan kebenaran, jika seseorang sungguh-sungguh meyakininya sebagai kebenaran". ¹³
Antinomianisme Keras dan Lunak : Dicirikan sebagai "Pelagianisme Injil". ¹⁴ Frasa ini menarik karena Pelagianisme biasanya menekankan upaya manusia untuk keselamatan, sementara antinomianisme meminimalkan perlunya perbuatan baik. Namun, Porterfield menunjukkan bahwa antinomianisme adalah turunan Pelagianisme karena sering kali memberikan rasa aman yang palsu , sehingga disebut "Pelagianisme Injil", dengan menyiratkan bahwa iman saja, tanpa perbuatan baik, sudah cukup untuk keselamatan.
Di mana pun Hukum Taurat dihina, diremehkan, dan dirusak, Injil pun tak dapat dipertahankan. Kapan pun Hukum Taurat diserang, bahkan jika ini dilakukan atas nama Injil, Injil, pada kenyataannya, lebih terpukul daripada yang pertama. Kepompong antinomianisme selalu meledak menjadi antiinjilisme. Friedrich Bente.
Memerangi kesalahan doktrinal
Firman Tuhan sebagai Satu-satunya Aturan Iman : Hal ini begitu jelas sehingga hampir terasa konyol untuk disebutkan, namun kita memiliki banyak contoh, seperti Teologi Valparaiso , di mana Alkitab diabaikan atau dilunakkan. Krauth tegas: semua doktrin dan guru harus dinilai hanya berdasarkan tulisan para nabi dan rasul.
Pengakuan Iman sebagai Kesaksian dan Standar : Pengakuan Iman Lutheran bukanlah aturan iman, melainkan "murni menyatakan iman itu". Pengakuan Iman berfungsi sebagai "pernyataan iman yang eksplisit", "tembok pertahanan terhadap Romanisme", dan sarana untuk "menyatakan imannya dengan jelas" guna mencegah kesalahan penafsiran. ¹⁵
Bahasa yang Jelas dan Tidak Ambigu : Gereja Lutheran bertujuan agar doktrin diungkapkan dalam "satu pengertian saja" untuk mencegah kesalahpahaman dan kebingungan. Ambiguitas ditolak sebagai cara untuk mencapai atau mempertahankan kesatuan . ¹⁶
Argumentasi Logis : Bid'ah harus dihadapi "dengan Kitab Suci, bukan dengan api". ¹⁷ Ini membutuhkan argumen yang tenang dan bantahan terhadap kesalahan melalui kajian teologis dan debat yang beralasan, bukan penganiayaan. Kami akan menulis di masa mendatang tentang Missouri dan kecenderungan permusuhan AALC untuk mengejek dan meremehkan denominasi lain sementara gereja kami sendiri berada dalam kondisi yang memprihatinkan.
Disiplin Gereja : Gereja memiliki hak dan kewajiban untuk membela diri terhadap penyalahgunaan penilaian pribadi dengan "menyatakan kebenaran dalam Pengakuannya, dengan setia membantah ajaran sesat, dengan peringatan pribadi kepada mereka yang sesat, dan, akhirnya, dengan menolak mereka dari persekutuannya". ¹⁸ Namun, penolakan ini bukanlah penganiayaan atau ketidaksenangan.
Gembala dan Pengajar Gereja : Para pelayan bertanggung jawab untuk "menegur dan mengajar dengan bijaksana dari Firman Tuhan mereka yang menyimpang dari kebenaran karena kepolosan atau ketidaktahuan". Mereka harus "cerdas dalam mengajar," dan menghadapi "orang-orang yang tidak tertib dan sombong serta penipu". ¹⁹ Para gembala diharapkan menunjukkan "kemurnian dalam doktrin", yang sejalan dengan komitmen Gereja secara keseluruhan untuk "menjaga pemerintahan yang sehat" dan doktrin tanpa kompromi. ²⁰
Tidak Ada Kompromi atas Kebenaran : Kompromi sejati "hanya dapat mengorbankan preferensi demi mengamankan prinsip," ²¹ bukan sebaliknya. Gereja berkomitmen pada "kesetiaan yang teguh pada apa yang diyakininya sebagai kebenaran Allah". Perintah bagi kita adalah untuk tidak pernah lupa bahwa "kebenaran dan kebaikan harus ditegakkan dengan harga berapa pun. Keduanya tak ternilai harganya. Kita tidak berani menghitung biayanya." ²² Ketika Gereja Lutheran meletakkan tangannya di atas Alkitab, ia memberikan perintah, 'Percayalah!' dan ketika ia meletakkannya pada pengakuan dosa, ia bertanya, 'Apakah Anda percaya?'. Jika seseorang menjawab "Tidak" untuk yang terakhir, ia menganggap mereka tidak menaati perintah tersebut, percaya "dengan teguh bahwa ia memiliki kebenaran" ²³
Tak ada satu pasal pun dalam kredo kita yang tidak menyinggung perasaan seseorang; hampir tak ada satu pasal pun yang tidak menjadi batu sandungan bagi sebagian orang yang masih mengaku Kristen. Mustahil menemukan tempat untuk berhenti, ketika konsesi sudah dimulai. Dan alasannya jelas; prinsipnya salah, dan menggantikan prinsip yang benar. Yang satu manusiawi, yang lain ilahi; pendapat dan sentimen manusiawi digantikan sebagai aturan dan pedoman bagi Firman Tuhan dan iman yang menerimanya sebagai otoritas absolut. – Matthias Loy, Kisah Hidupku .
Krauth mengingatkan kita bahwa berkompromi dengan gereja dan menenangkan politisi gereja bukanlah hal baru. Sederhananya, gerbang neraka memang menang melawan gereja yang militan ketika kesetiaan doktrinal dianggap terlalu sulit untuk ditegakkan dan terlalu memecah belah untuk dikelola . Namun, umat Kristen, khususnya para pendeta, dipanggil untuk menghadapi kesalahan dengan akurasi Alkitab, kejelasan pengakuan dosa, dan rahmat pastoral—alih-alih dengan paksaan, ketidakpedulian, atau kompromi. Krauth menunjukkan jalan menuju persatuan sejati, di mana Gereja melindungi fondasinya tanpa kehilangan kasih kepada mereka yang keliru dalam ketidaktahuan yang tulus. Bagi mereka yang keliru dalam menentang Kitab Suci, mereka harus dikonfrontasi seolah-olah nyawa anak-anak Anda sedang dipertaruhkan.
Ketika Lutheranisme Amerika bergulat dengan gema penyakit abad ke-19 dan penyakit-penyakit kuno lainnya, mulai dari pengakuan iman yang diencerkan hingga praktik-praktik inovatif yang mengikis kebenaran inti , kebijaksanaan Krauth mendesak kita: "Bahaya kemurtadan tidak terkait dengan kesetiaan pada Pengakuan Iman, tetapi dengan kurangnya kesetiaan." Gereja yang mencintai kebenaran doktrin murni akan memperjuangkannya. Gereja yang acuh tak acuh terhadapnya, atau membencinya, tidak akan melakukannya.
1
Gereja kita mengakui “bahwa di antara mereka yang berada di atas fondasi yang benar, ada banyak orang lemah, yang membangun di atas fondasi jerami yang hampir binasa, yaitu gagasan dan pendapat manusia yang kosong, namun karena mereka tidak meruntuhkan fondasi tersebut, mereka tetap orang Kristen, dan kesalahan mereka dapat diampuni, atau bahkan diperbaiki .” “Sebuah kesalahan,” kata Luther, ''betapa pun besarnya, keduanya tidak dapat disebut bidah, juga bukan bidah, kecuali jika dipegang dan dipertahankan dengan keras kepala sebagai hal yang benar.” Kesalahan tidak menjadikan orang sesat; tetapi kesalahan yang dipertahankan dan dilindungi dengan keras kepala, yang menjadikannya bidah. ”
Charles Porterfield Krauth, The Conservative Reformation and Its Theology (Philadelphia: JB Lippincott & Co., 1871 dan 1899), 142. Versi PDF yang digunakan untuk artikel ini tersedia di LutheranLibrary.org (terima kasih atas jerih payahmu demi Kerajaan Kristus )
2
"Tidak pernah ada ajaran sesat yang tidak menegaskan suatu kebenaran. Oleh karena itu, kita tidak boleh mengingkari kebenaran (yang terkandung di dalamnya) karena kepalsuan (yang bercampur dengannya). "Kaum bidah tidak hanya keliru, tetapi juga menolak untuk diajar; mereka membela kesalahan mereka sebagai kebenaran, dan melawan kebenaran yang diketahui, dan melawan hati nurani mereka sendiri, dan secara sadar mereka tetap berada dalam kesalahan mereka." Ibid. 142-143.
| 3. | 
Gereja Inggris memiliki dua elemen besar; tetapi keduanya tidak sepenuhnya terpelihara dalam karakter khasnya, melainkan, sampai batas tertentu, tercampur aduk dalam kesatuannya. Dengan keseragaman yang lebih tinggi daripada badan Protestan besar lainnya, kesatuannya lebih rendah daripada badan mana pun. Sebagian karena ketidakpastian doktrinalnya, Gereja Inggris telah menjadi rumah bagi orang-orang dengan pendapat yang paling berlawanan: tidak ada Calvinisme yang lebih intens, tidak ada Arminianisme yang lebih rendah, daripada Calvinisme dan Arminianisme yang telah ditemukan di Gereja Inggris. Ibid. x
“[Gereja Lutheran] telah memperjuangkan kebenaran agung dengan pengorbanan besar, dan dalam setiap konflik yang melibatkannya, kebenaran pada akhirnya menang. Gereja yang tidak memperjuangkan apa pun, berarti telah kehilangan kebenaran, atau telah berhenti mencintainya. Peperangan memang menyakitkan, tetapi mereka yang kesalahannya menciptakan kebutuhan akan peperangan bertanggung jawab atas semua kesengsaraannya.” Ibid., 147.
Ibid. 173.
Ibid. 195.
Ibid. hal. 185-186.
"Tidak ada organisasi besar yang bergerak begitu absolut di sepanjang garis satu kecenderungan sehingga tidak ada hal di dalamnya yang melampaui kecenderungan tersebut, atau yang bertentangan dengannya. Kesengajaan beberapa orang, kelemahan pikiran orang lain, kekuatan pengaruh di sekitarnya, mengubah semua sistem dalam cara kerjanya." Ibid. xii Krauth adalah orang-orang awal yang berpendapat bahwa "Tujuan suatu sistem adalah apa yang dilakukannya ( POSIWID )"!
Ibid. hal. 291.
Ibid. hal. 296.
Sejarah Pengakuan Iman yang Diubah menunjukkan bahwa hal itu tidak hanya tidak mendatangkan keuntungan bagi kedamaian Gereja, tetapi malah menimbulkan gangguan yang lebih parah lagi, ketika upaya dilakukan untuk menyelaraskan manusia melalui kesepakatan dalam ungkapan yang ambigu , ( persis seperti yang dilakukan SELK dalam menangani penahbisan perempuan , dan yang dilakukan LCMS ketika mengabaikannya) penerapan istilah-istilah yang harus diterima dalam satu pengertian oleh satu kelompok manusia, dan dalam pengertian lain oleh kelompok lain. Ibid. 248.
Inilah karya kaum Rasionalis—berpura-pura memegang Firman, tetapi merusak maknanya, sehingga Pengakuan Iman dan Firman itu tampaknya tak lagi selaras. Kerusakan itu tampaknya tak tersembuhkan, tetapi Tuhan tidak meninggalkan karya-Nya sendiri. Kejahatan itu mendatangkan obatnya sendiri. Kerusakan itu terus berlanjut hingga ditemukan bahwa gagasan manusia menyebut diri mereka dengan nama Gereja, namun mengklaim hak untuk menyerang doktrin-doktrinnya, adalah gagasan Ketidakpercayaan sejak awal—itu adalah Belial yang diizinkan berlindung di balik jubah Kristus. Ibid. 198.
Obat yang salah tidak akan menyembuhkan morbus, betapapun tulusnya dokter yang salah arah dalam merekomendasikannya, dan betapapun pasien yang tertipu dalam menggunakannya. Adalah impian Rasionalisme yang dekat dengan Deisme, bahwa kesalahan praktis sama baiknya dengan kebenaran, jika seseorang sungguh-sungguh meyakininya sebagai kebenaran; bahwa Anda dapat mengganti garam dengan arsenik dengan aman, jika Anda meyakininya sebagai garam. Kerajaan alam dan kerajaan kasih karunia keduanya berada di bawah hukum. Segala sesuatu akan dilakukan menurut ketetapan Tuhan, atau tidak akan dilakukan sama sekali. Ibid. 396.
“…Injil mengandaikan Hukum Taurat dan menjadi tidak berarti tanpanya. Di mana pun Hukum Taurat dihina, diremehkan, dan dirusak, Injil pun tidak dapat dipertahankan. Setiap kali Hukum Taurat diserang, bahkan jika ini dilakukan atas nama Injil, Injil, pada kenyataannya, lebih terpukul daripada yang pertama. Kepompong antinomianisme selalu meledak menjadi antiinjilisme.” Kontroversi Antinomis , oleh Friedrich Bente.
Maka, inilah ringkasan hasil yang kita capai: Dasar Gereja Lutheran Injili adalah Firman Tuhan, sebagai Aturan Iman yang sempurna dan mutlak, dan karena inilah dasarnya, ia tentu bersandar pada iman yang Firman itu menjadi Aturannya, dan oleh karena itu pada Pengakuan Iman yang murni menyatakan iman itu. Ia memiliki aturan yang benar, ia mencapai hasil yang benar melalui aturan itu, dan mengakuinya dengan benar . Pengakuan Iman inilah yang menjadi dasar langsungnya, karakteristik hakikinya, yang menjadi dasar berdiri atau jatuhnya ia. Krauth, op. cit. 179.
Ibid. x
"Betapa mudahnya berbuat salah! Marilah kita menangkal mereka dengan Kitab Suci, bukan dengan api." Ibid. 143.
Hak atas penilaian pribadi dan hak atas disiplin Gereja merupakan hak yang selaras dan harmonis, yang esensial untuk mencegah penyalahgunaan satu sama lain. Menjunjung salah satu dengan cerdas berarti menjunjung keduanya. Oleh karena itu, sebagai umat Protestan, dalam menegakkan hak dan kewajiban manusia, dalam menjalankan penilaian pribadi, untuk membentuk keyakinan mereka sendiri, tanpa terkekang oleh sanksi perdata di Negara, atau oleh kuasa inkuisitorial di Gereja, kita juga menjunjung hak dan kewajiban Gereja untuk melindungi dirinya dari kerusakan doktrin dengan mengemukakan kebenaran dalam Pengakuannya, dengan setia menentang ajaran sesat, dengan peringatan pribadi kepada mereka yang sesat, dan, akhirnya, bersama mereka yang keras kepala, dengan menolak mereka dari persekutuannya, hingga, melalui rahmat, mereka dituntun untuk melihat dan meninggalkan kepalsuan, yang untuknya mereka mengaku sebagai kebenaran. Iman Gereja, yang diambil dari aturan melalui penerapan penilaian pribadi yang adil, yang diterangi oleh Roh Kudus, telah diuji dan dikembangkan dalam tiga cara: Pertama, oleh sains; selanjutnya, oleh sejarah; dan ketiga, dalam kehidupan praktis Gereja.” Ibid. 175-176.
“Namun, dalam Kata Pengantar buku yang di dalamnya Formula itu diwujudkan, para Pemilih, Pangeran, dan Ordo para Pangeran Kekaisaran dengan demikian menyatakan diri mereka: “Ini sama sekali bukan keinginan dan niat kami, dalam mengutuk doktrin-doktrin yang salah dan tidak saleh, untuk mengutuk mereka yang salah dari kesederhanaan, dan yang tidak menghujat kebenaran Firman Tuhan. Lebih sedikit lagi kami ingin mengutuk seluruh gereja baik di dalam batas-batas Kekaisaran Jerman atau di luarnya, . . . karena kami tidak memiliki keraguan apa pun (ganz und gar keinen zweifel machen) bahwa banyak orang saleh dan baik dapat ditemukan di gereja-gereja itu juga, yang sampai saat ini belum berpikir dalam semua hal dengan kami; Orang-orang yang berjalan dalam kesederhanaan hati mereka, tidak memahami dengan jelas poin-poin yang terlibat,...dan yang, diharapkan, jika mereka diajar dengan benar dalam doktrin tersebut, melalui bimbingan Roh Kudus, ke dalam kebenaran Firman Tuhan yang tidak salah, akan setuju dengan kami.... Dan semua teolog dan pelayan Gereja memiliki tugas yang secara khusus wajib untuk menasihati, dan mengajar dari Firman Tuhan dengan moderasi mereka yang menyimpang dari kebenaran karena kesederhanaan atau ketidaktahuan, agar jangan sampai orang buta menuntun orang buta, keduanya binasa.” Ibid. 144-145
Ibid., hlm. 178.
Ibid. xi
Ibid., hal. 21.
“Dengan keyakinan teguh bahwa Gereja memiliki kebenaran, dan bahwa kesaksiannya terhadap kebenaran ini tertuang dalam kredo-kredonya, Gereja dibedakan di antara gereja-gereja Protestan karena kesetiaannya terhadap Pengakuannya.” Ibid. 128.
Minggu, 14 September 2025
Tuhan adalah sumber pertolongan - Berpengharapan kepada Tuhan lebih baik
Sabtu, 13 September 2025
acara ibadah persekutuan doa muda-mudi lutheran
TERTIB ACARA IBADAH PARTANGIANGAN
MUDA MUDI LUTHER
13 September  2025
 
   
 
  
   
   ![]()
Saat Teduh
(Berdoa di dalam hati)
1.      Bernyanyi KJ No 457 : 1-3 (Ya Tuhan
Tiap Jam)
·        
Ya
Tuhan tiap jam kumemerlukanMu, Engkaulah yang membri sejahtera penuh. Setiap
jam ya Tuhan , dikau ku perlukan ku datang juruslamat berkatilah
·        
Ya
Tuhan tiap jam damping hambaMu. Jikalau kau dekat enyah penggodaku. Setiap jam
ya Tuhan, dikau kuperlukan. Ku datang juruslamat berkatilah
·        
Ya
Tuhan tiap jam, di suka duka ku, jikalau Tuhan jauh percuma hidupku. Setiap jam
ya Tuhan, dikau ku perlukan. Ku datang juruslamat berkatilah
2.      Doa Pembuka
3.      Bernyanyi KJ No 402 : 1-2 (Kuperlukan
Juruslamat)
·        
Kuperlukan
juruslamat, agar jangan ku sesat. 
Slalu harus kurasakan bahwa TuhanKu
dekat. 
Maka jiwaku tenang, takkan takut dan
enggan, bila Tuhanku membimbing ku di malam pun tentram
·        
Kuperlukan
juruslamat karna imanku lemah
Hiburannya menguatkan sungguh tiada
bandingnya
Maka jiwaku tenang, takkan takut dan
enggan
Bila Tuhanku membimbing ku dimalam pun
tentram
4.      KHOTBAH : Kisah Para Rasul 9:26-40
Tema : Baptisan Kudus – “Allah
menganugerahkan hidup baru                   (Hal 128-131)”
Tujuan : Supaya anak atau
remaja/pemuda percaya bahwa :
·        
Yesus
memerintahkan kita untuk membaptis
·        
Firman
Allah digunakan bersama dengan air
· Allah menawarkan dan menganugerahkan pengampunan dosa melalui baptisan Kudus
HAFALAN : Baptisan bagian yang pertama, Yohanes 3:5,6 ;   
Markus 10:14 ; Kisah Para Rasul 2:38-39
5.      Bernyanyi KJ NO 376 : 1-3 (Ikut Dikau
Saja Tuhan)
                          (Persembahan)
·        
Ikut
dikau saja Tuhan jalan damai bagiku
Aku slamat dan sentosa hanya oleh
darahMu
Reff :Aku
ingin ikut dikau dan mengapdi padaMu
Dalam dikau juruslamat kubahagia penuh
·        
Ikut
dikau disengsara karna janjiMu teguh
Atas kuasa kegelapan ku menang
bersamaMu
Reff 
·        
Ikut
dan menyangkal diri, aku buang yang fana
Hanya turut kehendakMu dan padaMu
berserah
Reff 
6.      Doa Penutup
7.      Latihan Koor
Kamis, 11 September 2025
TUHAN ADALAH PENOLONG MAKA HIDUPLAH DI PENUHI DENGAN RASA SYUKUR
theologi Lutheran
Acara Ibadah pemuda/i lutheran minggu XX setelah Trinitatis
ACARA IBADAH REMAJA & PEMUDA/I GKLI Sabtu, 01 November 2025 1. Bernyanyi dari Kidung Jemaat No. 15 : 1 – 3 (...
what about theologi luther ?
- 
Pengertian Liturgi di Gereja Lutheran GKLI Sebagai Gereja Lutheran memahami bahwa : Ibadah adalah Pesta Al...
 - 
Markus 6 : 14 - 29 Thema : BARANI MA HITA MANGHATINDANGKON NA NASINTONG Patujolo : Jamita minggu VII dung Trinitatis di...
 - 
Filipi 2 : 5 – 11 Surat Filipi di tuliskan oleh Rasul Paulus yang di tujukan kepada Jemaat di Pilipi dan seluruh Umat Kri...
 


